Puncak Arus Mudik Diprediksi Lampaui Tahun Lalu

Puncak Arus Mudik Diprediksi Lampaui Tahun Lalu
Puncak Arus Mudik Diprediksi Lampaui Tahun Lalu

jpnn.com - JAKARTA - Kementerian Perhubungan memperkirakan puncak arus mudik akan terjadi pada H-3 (25/7) dan H-2 (26/7).

Jumlah pengendara kendaraan dari Jakarta menuju ke luar ibukota melebihi tahun lalu. Yakni mencapai 247.503 kendaraan. Atau naik 10 persen dari jumlah kendaraan pada H-3 tahun lalu yang hanya mencapai  225.003 unit.
    
Dari data yang dihimpun di Posko Kementerian Perhubungan (Kemenhub) jumlah kendaraan terus mengalami kenaikan. Data pada pukul 00.00-08.00 jumlah kendaraan jumlahnya hanya mencapai 50.122 unit. Namun pada pukul 15.30, jumlahnya naik lebih dari dua kali lipat. Yakni menjadi 141.518 kendaraan.
    
Dari pantauan kamera CCTV Jasa Marga, sejumlah titik sudah dipadati kendaraan. Antrian kendaraan tampak mengular. Yakni di Pintu tol Cikampek, Balongandu, Simpang Jomin, Sadang, Cikopo, Jatiluhur dan Padalarang. Sedangkan di jalur Porong sampai Waru masih lancar.

"Surabaya seperti Jembatan Bumimoro dan Jembatan Gunungsari masih lancar," tutur Herry Rahmanto Petugas Posko Jasa Marga.
    
Hanggoro Budi Wiryawan Ketua Harian Posko Kemenhub mengatakan membenarkan bahwa puncak kepadatan di mulai pada H-3. Menurut dia, hal itu dikarenakan PNS baru libur pada hari Sabtu (26/7). "Sehingga mereka akan keluar bersama saat mudik," kata dia.
    
Kondisi itu berbeda dengan tahun lalu. Pada arus mudik tahun 2013, puncak arus mudik justru pada H-6 dan H-5. Sebab pemerintah menetapkan hari cuti bersama jauh sebelum hari lebaran. Sehingga mendekati lebaran lalu-lintas justru lengang.
    
Dia mengatakan, hingga siang tadi, lalu-lintas masih normal. Jalan-jalan yang biasanya macet belum dipadati oleh pemudik. Dari data yang dihimpun, jalan-jalan seperti Jakarta"Cikampek, Cipularang, Cikampek-Cirebon, dan Cileunyi masih bisa dilewati dengan kecepatan di atas 40 km/jam. "Ini masih siang. Pasti akan naik signifikan mulai malam hari sampai H-2," ujarnya.
    
Menurut Hanggoro, kepadatan akan didominasi oleh kendaraan pribadi. Disusul oleh angkutan umum seperti bus. Sedangkan untuk kendaraan roda dua akan berkurang.  Tahun lalu, kata dia.

Hal itu disebabkan beberapa hal. Misalnya banyaknya mudik gratisn yang diselenggarakan oleh perusahaaan dan pemerintah. Selain itu faktor ekonomi yang semakin membaik membuat mereka beralih untuk menggunakan moda transportasi yang lebih baik seperti bus atau kereta api. Selain itu, kata dia, banyak yang sudah menyadari bahanya berkendara dengan roda dua.
    
Antisipasi untuk menghadapi puncak arus mudik sudah dipersiapkan. Diantaranya dengan menambah jumlah petugas dinas perhubungan (dishub) dan kepolisia di titik-titik rawan macet.

Selain itu, pihak kepolisian sudah memasang pemisah di jalan-jalan yang sempit dan sering macet. Di daerah pasar tumpah, kepolisian, kata dia juga sudah memasang barier agar tidak ada orang yang menyeberang sembarangan sehingga mengakibatkan kemacetan. "Kalau macet total bisa menggunakan metode buka tutup jalan," ucapnya.
    
Ditanya titik-titik mana yang berpotensi macet, Hanggoro mengatakan kemacetan masih akan terjadi di sejumlah tempat yang sama. Yakni di Nagrek, Gentong, Pejagan, Bumiayu, dan Comal. Untuk Nagrek dan Gentong disebabkan topografi pegunungan. Jalan berkelok-kelok dan sempit. Sehingga kendaraan tidak bisa saling mendahului.

Sedangkan di jalur Pejagan merupakan pertemuan antara pantura dan pintu tol serta perlintasan kereta api.  Jalur Bumiayu diperkirakan semakin padat karena jalan-jalan yang sempit. Ditambah lagi adanya pengalihan arus dari jembatan comal yang masih diperbaiki.
        
Pria yang juga menjabat sebagai Direktur Lalu-Lintas Perkeretapian itu mengatakan mengakui bahwa jalur-jalur tiap tahunnya selalu macet. Perlu adanya perbaikan infrastruktur agar ke depannya lancar. "Itu PR yang harus diselesaikan oleh Kementerian PU," paparnya.
        
Pada bagian lain, Kementerian PU terus melakukan perbaikan pada dua jembatan yang kini masih rusak. Yakni jembatan Comal Pemalang dan Jembatan Cibaruyun di Ciamis. Untuk jembatan Comal satu sisi dari Jakarta ke Semarang bisa dilewati.

Namun sisi yang lain masih diperbaiki. "Perbaikan akan memakan waktu dua-tiga bulan," ungkap Djoko Murjanto Dirjen Bina Marga Kementerian PU.
        
Sedangkan untuk Cibaruyun, dia mengatakan saat ini sedang dikerjakan. Petugas masih memasang jembatan bailey. Progresnya sudah 60 persen.  "Besok (hari ini) sudah bisa dilewati," jelasnya.  
        
Menurut Djoko kerusakan ini tidak krusial seperti halnya di Jembatan Comal Jawa Tengah. Masih ada jalan alternatif lain yang bisa dilewati misalnya masuk kota Tasikmalaya. Sementara itu lalu lintas menuju Ciamis dialihkan ke Kota Tasikmalaya melalui Rajapolah.

Kenaikan penumpang tidak hanya di jalur darat. Namun juga di jalur laut. Harry Budiarto Suwarto, Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Ditjen Perhubungan Laut, Kemenhub mengatakan lonjakan penumpang kapal sudah terjadi sejak H-4.
        
Menurut dia dari delapan lintas pelabuhan penyeberangan yang dipantau, terdapat dua lintas yang mengalami kenaikan. Yaitu Merak-Bakauheuni dan Lintas Gilimanuk-Ketapang. Menurut dia dari pantauan lapangan di pelabuhan merak pada pukul 23.30 WIB telah terjadi lonjakan kendaraan sepeda motor, roda 4 dan bus yang memadati pelataran parkir pelabuhan merak.

JAKARTA - Kementerian Perhubungan memperkirakan puncak arus mudik akan terjadi pada H-3 (25/7) dan H-2 (26/7). Jumlah pengendara kendaraan dari Jakarta

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News