Cerita di Balik Sukses Para Pedagang Batu Bacan di Ternate

Semula Ngojek, Kini Punya Dua Rumah dan Mobil

Cerita di Balik Sukses Para Pedagang Batu Bacan di Ternate
KOMODITAS MENJANJIKAN: Para pedagang batu bacan di Taman Dodoko Ali, Ternate, setiap hari mengantongi pendapatan jutaan rupiah. Foto: Diar Candra/Jawa Pos

jpnn.com - Melambungnya harga batu bacan dan obi telah mengangkat perekonomian masyarakat Ternate, Maluku Utara. Banyak yang beralih profesi menjadi pedagang batu tiban itu karena untungnya besar. Berikut catatan wartawan Jawa Pos DIAR CANDRA yang baru pulang dari Ternate.

= = = = = = = = = = = = =

MESKI masih pagi, aktivitas di Taman Dodoko Ali, Ternate, hari itu sudah ramai. Sejumlah warga mengerumuni lapak-lapak yang memanjang di Jalan Sultan Djabir Syah tersebut. Terdapat kurang lebih 50 lapak penjual batu di kawasan itu. Taman tersebut menjadi salah satu pusat perdagangan batu yang tiba-tiba ramai jadi pembicaraan masyarakat setempat dan wisatawan domestik.

Menurut Zaenal Sudirman, salah seorang pedagang, sejak ditemukannya tambang batu di Taman Dodoko Ali, batu bacan dan obi banyak dicari orang. Apalagi setelah tersiar kabar bahwa pada 2010 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan cenderamata kepada Presiden AS Barack Obama berupa cincin batu bacan.

Batu bacan adalah jenis batu permata asli Indonesia. Batu yang punya varian warna biru muda serta hijau tua itu ditambang di Pulau Bacan dan Pulau Kasiruta. Batu bernama Latin chrysoprase chalcedony tersebut dijual dengan harga ratusan ribu sampai ratusan juta rupiah. Sedangkan obi adalah batu mulia yang hanya terdapat di Pulau Obi, Maluku Utara.

”Saya biasa beli bongkahan batu bacan dan obi dari penambang langganan saya karena harganya lebih murah daripada yang sudah dibentuk,” ujar Zaenal ketika ditemui Jawa Pos di Taman Dodoko Ali Sabtu lalu (18/10).

Meski baru membuka lapak pertengahan tahun lalu, sejak 2009 Zaenal telah berjualan batu bacan dan obi. Pria berusia 40 tahun itu biasa menjual batu-batu mulia yang sudah dibentuk tersebut lewat koneksinya di Jakarta.

Sebelum menjadi penjual batu hias, Zaenal berprofesi sebagai wartawan di salah satu surat kabar di Ternate. Dia terpaksa meninggalkan pekerjaan lamanya setelah harga batu bacan dan obi melambung tinggi. ”Kalau dihitung-hitung, memang lebih untung jualan batu daripada jadi wartawan. Sehari bisa dapat Rp 500 ribu sampai Rp 5 juta. Kalau dapat bacan bagus, bisa sampai Rp 10 juta,” ungkap Zaenal.  

Melambungnya harga batu bacan dan obi telah mengangkat perekonomian masyarakat Ternate, Maluku Utara. Banyak yang beralih profesi menjadi pedagang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News