Gayatri Wailissa, Hijrah ke Jakarta untuk Memburu Cita-Cita

Gayatri Wailissa, Hijrah ke Jakarta untuk Memburu Cita-Cita
SELAMAT JALAN: Gaya Gayatri Wailissa ketika pengambilan gambar untuk edisi khusus Sumpah Pemuda Jawa Pos tahun lalu. Foto: Beky Subechi/Jawa Pos

MALUKU kehilangan salah seorang putri terbaiknya. Gayatri Wailissa, gadis asal Ambon yang menguasai 13 bahasa itu, meninggal dunia di RS Abdi Waluyo, Menteng, Jakarta, Kamis (23/10). Remaja 19 tahun tersebut mengembuskan napas terakhir setelah mengalami koma akibat pendarahan pada otak.
-------------------
ZALZILATUL HIKMIA-BAYU PUTRA, Jakarta
-------------------
SUASANA berkabung terasa di ruangan 2 x 7 meter RSPAD Gatot Subroto Jakarta kemarin petang (24/10). Orang-orang tertunduk lesu, tenggelam dalam duka yang mendalam. Beberapa di antara mereka berlinang air mata.

Tapi, kesedihan tidak tampak lagi di wajah Deddy Darwis Wailissa, ayah Gayatri Wailissa. Dengan tegar pria 57 tahun itu menyanding peti jenazah putrinya. Sambil sesekali memandangi wajah sang buah hati, dia lalu membuka buku Yasin yang dipegangnya.

Tak jauh dari situ, ibunda almarhumah, Nurul Idawati, juga tak kalah tegar. Perempuan bertubuh mungil itu bahkan dengan tenang bersedia melayani pertanyaan-pertanyaan wartawan. ”Air mata saya seolah sudah kering. Saya tidak boleh menangis. Nanti jalan anak saya akan susah,” ucapnya.

Sebagaimana diketahui, Gayatri meninggal dunia pada Kamis (23/10) pukul 19.00 di RS Abdi Waluyo, Menteng, Jakarta. Dia mengembuskan napas terakhir setelah sejak Senin (20/10) mendapat perawatan intensif akibat pendarahan di otak. Sebelumnya dia tak sadarkan diri saat melakukan olahraga joging di kawasan Senopati, Jakarta.

Sejak Juli lalu gadis genius itu hijrah ke Jakarta untuk meraih cita-citanya menjadi bagian dari Badan Intelijen Negara (BIN). Karena itu, dia harus menjalani pendidikan khusus di Jakarta. Namun, takdir berkata lain. Sebelum meraih apa yang diinginkan, dia keburu meninggal dunia.

Jenazah Gayatri tadi malam disemayamkan di RSPAD Gatot Subroto sebelum dibawa pulang ke tanah kelahirannya di Ambon. Pemindahan jenazah dari RS Abdi Waluyo ke RSPAD itu dilakukan atas perintah pimpinan TNI-AD.

Maklum, gadis poliglot (istilah untuk orang yang menguasai banyak bahasa asing) tersebut sudah lama menjadi ”anak asuh” TNI-AD, khususnya di lingkungan Kodam XVI/Pattimura, Maluku. Saat masih di Ambon, sehari-hari Gayatri mendapat kawalan personel TNI-AD. Meski masih belia, dia sering diminta memberi ”pelajaran” dan motivasi di lingkungan kodam.

Perlu diketahui, dalam usia yang baru genap 19 tahun, Gayatri sudah mampu menguasai 13 bahasa asing. Yakni bahasa Inggris, Italia, Spanyol, Belanda, Mandarin, Arab, Jerman, Prancis, Jepang, Hindi Nipali, Thailand, Rusia, dan Korea. Selain mahir berbahasa asing, Gayatri menguasai masalah-masalah lingkungan, perdamaian, dan remaja.

MALUKU kehilangan salah seorang putri terbaiknya. Gayatri Wailissa, gadis asal Ambon yang menguasai 13 bahasa itu, meninggal dunia di RS Abdi Waluyo,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News