Pilih Spa Atas, Tengah atau Bawah

Pilih Spa Atas, Tengah atau Bawah
Pilih Spa Atas, Tengah atau Bawah

jpnn.com - DIA sudah menyandang bintang mahaputra tapi senyumnya tetap ramah. Senyum khas seorang dokter. Dia juga bukan lagi dokter yang kolonel tapi dokter yang brigadir jendral. Di mata saya --yang pernah jadi pasiennya-- masih ada satu lagi: dia sosok yang pantang menyerah. Tahun lalu dia mendapat penghargaan dari MarkPlus sebagai markerter of the year di bidang kesehatan.

Dia dr. Terawan.

Semula begitu banyak sesama dokter yang menentangnya. Tapi dia tidak mundur. Dia tetap saja menjalankan praktek "brain spa" yang dua tahun lalu saya sebut dengan istilah "cuci otak" (brain wash). Banyaknya reaksi itu bisa diikuti di on line yang mengomentari tulisan saya 13 Februari 2013. Betapa serunya serangan untuk dokter Terawan.

Hebatnya dia tidak pernah menjawab. Apalagi balas menyerang. Di tengah-tengah serangan pun dia tetap tersenyum. Tersenyum dalam diam. Begitu tabah. Tapi juga begitu teguh. Dia tidak surut. Diam-diam dia terus merayap. Sikap diamnya itu ternyata lebih menghasilkan emas. Dua tahun kemudian, awal tahun 2015 ini, justru banyak kemajuan yang lahir dari senyumnya.

Pertama, dia sudah berhasil mendidik empat dokter untuk  mengikuti jejaknya. Ternyata banyak juga dokter muda yang tidak takut jadi pengikut Terawan. Penambahan dokter spa otak ini penting karena Terawan tidak akan mampu lagi sendirian melayani pasien barunya yang mirip banjir kiriman itu. Kini antre untuk spa otak di RSPAD Jakarta sudah mencapai 6 bulan.

Kedua, obyek spanya meluas. Kini bukan hanya otak yang bisa dispa. Melainkan juga jantung. Bahkan bisa juga untuk --ini dia-- senjata vital laki-laki.

Ketiga, meluas ke luar negeri. Ilmu dokter Terawan ini sudah berhasil diekspor. Untuk dikembangkan di luar negeri. Bukan sembarang luar negeri pula: Jerman. Kini di sana, di rumah sakit Augusta, di kota Dusseldorf, sudah dibuka spa otak ala Terawan.

Itu bermula tahun lalu. Ketika seorang profesor dari Jerman datang  ke RSPAD Jakarta. "Beliau datang khusus untuk diskusi dengan saya," tutur Terawan. Sang profesor langsung paham apa yang dilakukan Terawan. Bahkan langsung minta ijin untuk mempraktekkannya di Jerman. "Di sana tidak heboh. Tidak ada yang menentang," ujar Terawan sambil sedikit tersenyum.

DIA sudah menyandang bintang mahaputra tapi senyumnya tetap ramah. Senyum khas seorang dokter. Dia juga bukan lagi dokter yang kolonel tapi dokter

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News