Belum Ada Kejelasan, Keluarga Kapten Disandera Kian Cemas

Belum Ada Kejelasan, Keluarga Kapten Disandera Kian Cemas
Keluarga menunjukkan foto Peter Tonsen Barahama, Kapten Tugboat Brahma 12 yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina. Foto: Batam Pos / JPG

jpnn.com - BATUAJI - Tepat sebulan sudah, 10 awak kapal Tugboat Brahma 12 asal Indonesia disandera oleh kelompok Abu Sayyaf di Filipina. Kelurga para korban penyenderaan semakin cemas sebab sampai, Senin (25/4) belum ada kabar kepastian terkait upaya pembebasan para korban sandera.

Keluarga Peter Tonsen Barahama, salah satu korban penyenderaan yang merupakan nahkoda tugboat Brahma 12 di perumahan Villa Mukakuning Paradise blok J/8, Batuaji misalkan, kian diselimuti perasaan cemas. Mereka semakin kuatir dengan kondisi Peter bersama sembilan ABKnya. 

"Sudah sebulan mereka disandera, kabarnyapun tak ada sama sekali. Upaya (pembebasan) dari pemerintah belum ada hasil. Gimana nggak cemas kami," kata Hendrik Sahabat, adik sepupu Peter, seperti dikutip dari batampos.co.id (Jawa Pos Group).

Padahal kabar terakhir yang didapat keluarga melalui siaran televisi dan media masa, tiga orang warga Indonesia korban penyenderaan kelompok Abu Sayyaf yang terjadi setelah Peter dan rekan-rekannya di sandera sudah dibebaskan. Sementara Peter dan sembilan rekannya yang duluan disandera masih belum jelas nasib mereka sampai saat ini. 

"Jadi tambah sedih keluarga, karena yang belakangan disandera sudah dibebaskan sedangan Peter dan kawan-kawannya masih tertahan," ujar Hendrik.

Keluarga kuatir jika hal buruk menimpa Peter sebab sampai saat ini belum ada kabar yang pasti terkait keadaan Peter dan sembilan rekannya. "Kalau ada kabar langsung dari Peter bahwa mereka baik-baik saja kami bisa legah, tapi sejak disandera (26/3)  sama sekali hilang kontak. Kabarnya begitu-begitu saja, minta tebusan, mereka baik-baik saja itupun dari pemberitaan," kata Hendrik.

Untuk upaya pembebasan keluarga masih berharap penuh kepada pemerintahan Indonesia namun besar harapan keluarga agar pemerintah bisa segera memastikan keadaan terkahir Peter saat ini. "Karena sudah sebulan disandera. Kami juga ingin tahu apakah dia baik-baik saja sana," tutur Hendri.

Keluarga juga berharap agar pemerintah secepatnya mengambil tindakan pembebasan melalui langkah-langkah yang dianggap tepat agar tidak menimbulkan risiko buruk terhadap para korban sandera.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News