Menpar Arief Yahya Sarankan Aceh Ikut Standar GMTI

Menpar Arief Yahya Sarankan Aceh Ikut Standar GMTI
Menteri Pariwisata Arief Yahya. Foto: dok/JPNN.com

jpnn.com - BANDA ACEH  - Menteri Pariwisata Arief Yahya memberikan saran teknis untuk pemerintah provinsi Aceh. Mau mewujudkan mimpi menjadi destinasi wisata halal kelas dunia? Yang bisa mendownload devisa yang besar?  Menyerap tenaga kerja dan mengikis angka pengangguran? Dan menaikkan PDB? 

“Jika ingin menjadi pemain dunia, gunakan standar global,” saran Menpar Arief Yahya di Rakor Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh di Hotel Hermes, Banda Aceh, Senin (19/9).

Teknisnya? Ikuti standar yang sudah dibuat secara universal oleh GMTI – Global Moslem Travel Index. Seperti halnya, Kemenpar selalu mengkalibrasi dengan standar World Tour and Travel Index (WTTI) yang dibuat oleh World Economic Forum (WEF) dengan 14 pilar itu. 

“Standar global itu bisa membandingkan posisi kita, berada di mana? Diantara Negara-negara rival, seperti Malaysia, Singapore, Thailand, Turki, UAE, yang sukses dengan destinasi halalnya. Kelemahan dan kelebihan kita ada di mana? Kita bisa menentukan dengan cepat titik mana yang urgent disentuh? Dan bisa memenangkan pertarungan,” kata Arief Yahya yang menyebutkan saat ini Indonesia masih terbawah di antara negara-negara di atas.

Arief mengungkapkan salah satu kelemahan, dan mungkin sekaligus kelebihan Aceh adalah halal itu sendiri. Karena merasa semua makanan sudah dijamin 1000 persen halal? Prosesnya juga halal? Tempat dan fasilitasnya sudah otomatis halal? Maka stakeholder pariwisata di Aceh merasa sudah tidak perlu lagi mengurus sertifikat halal. Toh semuanya sudah halal? 

“Nah ini yang salah kaprah! Meskipun sudah jelas-jelas halal, tetap dibutuhkan sertifikat halal tersebut, yang dikeluarkan oleh lembaga yang diakui global,” kata Arief.

Yang disertifikat itu, lanjut dia, juga bukan hanya makanan dan minuman saja. Tetapi “muslem friendly amenities”, seperti hotel, resto, café, dan semua yang terkait dengan wisman. Dari 3A –Atraksi, Akses, Amenitas--, atraksi Aceh sangat kuat. Aceh lengkap dengan wisata alam (bahari, gunung, danau), wisata budaya (heritage, kuliner, seni dan budaya), dan wisata man made. Akses dan Amenitas, yang masih harus dikembangkan lagi,” kata dia.

Arief  menyebut, cara yang paling mudah dan cepat untuk memenangkan persaingan adalah benchmarking. Tidak asal membandingkan kasus demi kasus, yang hanya berujung pada polemik dan debat kusir. Tetapi menggunakan standar global yang biasanya dilombakan setiap tahaunnya. “Quick win-nya, Aceh harus bisa memenangkan persaingan itu. Aceh harus bisa merebut award sebagai The World’s Best Halal Cultural Destination 2016, yang tahun lalu berhasil dimenangkan Lombok,” katanya.

BANDA ACEH  - Menteri Pariwisata Arief Yahya memberikan saran teknis untuk pemerintah provinsi Aceh. Mau mewujudkan mimpi menjadi destinasi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News