Kisah tentang Gus Dur, Sabam dan Makam

Kisah tentang Gus Dur, Sabam dan Makam
Mantan Ibu Negara Sinta Nuriyah Wahid. Foto: dokumen Jawa Pos

jpnn.com - JAKARTA - Politikus senior Sabam Sirait yang baru saja menginjak usia 80 tahun telah memberi kesan istimewa pada orang-orang yang mengenalnya. Tokoh pendiri PDI saat fusi partai politik 1973 itu bukan hanya politikus yang ulet dan tangguh, tapi juga sosok yang hangat dan bersahabat.

Kesan tentang Sabam sebagai sosok bersahabat itulah yang dituturkan  mantan Ibu Negara Shinta Nuriyah Wahid. Istri mendiang Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur itu hadir pada perayaan ulang tahun Sabam di Balai Kartini, Sabtu (15/10).

Shinta mengaku terus mengenang persahabatan suaminya dengan Sabam. Menurut Shinta, perbedaan agama dan politik bukanlah penghalang bagi suaminya dan Sabam untuk membina persahabatan.

Gus Dur dikenal sebagai tokoh Islam dari Nahdlatul Ulama (NU). Sedangkan Sabam dikenal sebagai tokoh Partai Kristen Indonesia (Parkindo) yang akhirnya berfusi menjadi PDI.

Namun, kesamaan tekad dalam memperjuangkan demokrasi telah menyatukan Sabam dan Gus Dur dalam ikatan persahabatan. “Meski berbeda agama, keduanya dipertemukan dalam memperjuangkan demokrasi kebangsaan dan nasionalisme,” kata Sinta yang hadir didampingi putrinya Yenny Wahid.

Karenanya, Sinta pun merasa perlu hadir pada perayaan ultah Sabam demi penghormatan atas persahabatan. "Saya merasa harus hadir mengingat persahabatan Bapak Sabam dan suami saya Gus Dur,” kata Sinta.

Kisah tentang Gus Dur, Sabam dan Makam

Politikus senior PDIP Sabam Sirait saat merayakan ulang tahunnya yang ke-80 di Jakarta, Sabtu (15/10). Foto: dokumentasi pribadi for JPNN.Com

JAKARTA - Politikus senior Sabam Sirait yang baru saja menginjak usia 80 tahun telah memberi kesan istimewa pada orang-orang yang mengenalnya. Tokoh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News