Apa yang Terjadi di Bulan Puasa 1944?

Apa yang Terjadi di Bulan Puasa 1944?
Buya Hamka dan Bung Karno berdiri. Di tengah Abdul Karim Oei. Ketiga mengangkat saudara sewaktu di Sumatera. Foto: Public Domain.

"Kata-kata di masa depan, meski pun hanya karet, yang boleh ditarik dan diulur, bukan sedikit pengaruhnya atas jiwa pemimpin-pemimpin Indonesia yang telah sangat ingin mengecap kemerdekaan tanah air," tulis Hamka.

Dua wartawan itu pun mewawancarai Hamka, meminta komentarnya sebagai tokoh pemuda, penganjur Muhammadiyah tentang janji tersebut.

Sebelum menumpahkan perasaannya, sebelum membalas pertanyaan wartawan, Hamka masuk ke dalam kamar.

Beberapa saat dia bersujud. Sujud sukur. Air matanya pun menggelanggang karena terharu.

Baginya, janji kemerdekaan sangat menggembirakan dan mengharukan hati. Belum pernah bangsa Belanda memberi janji sedemikian itu.

Sejurus kemudian, Hamka kembali menemui dua tamunya. "Lalu kawan itu bertanya: Bagaimana fikiran tuan menerima khabar itu?" tulis Hamka.

"Sekarang," sahut Hamka, "barulah ada harganya perjuangan kita membantu Jepang selama ini. Dua tahun! Biar bagaimana sengsara buat zaman depan kemerdekaan pasti cepat datangnya. Kemerdekaan adalah tujuan hidup saya."

Umumnya, bagi para pejuang kemerdekaan, janji itu adalah obat penawar yang paling mujarab, atas tenaga yang telah ditumpahkan selama ini. Kemerdekaan Indonesia, artinya ialah mempunyai bendera sendiri, mempunyai kepala negara sendiri, mempunya tanah air.

RUPANYA, Jepang menjanjikan kemerdekaan Indonesia pada bulan puasa 1944. Buya Hamka punya cerita...

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News