Apen Bayeren, Kalau Selingkuh...Kaki Akan Terbakar dan Melepuh

Apen Bayeren, Kalau Selingkuh...Kaki Akan Terbakar dan Melepuh
Korinus Arwam, saat melakoni atraksi Apen Bayeren, pada 2012 lalu. Foto: Dinas Pariwisata Kabupaten Biak Numfor

jpnn.com, BIAK NUMFOR - Tak sembarang orang, termasuk masyarakat Biak yang bisa melakoni atraksi Apen Bayeren. Berjalan di atas batu yang dibakar. Selain daun Sindia yang wajib dioleskan di kaki sebelum berjalan di atas batu barapen yang panas, ada persyaratan lain yang harus dipenuhi oleh pemain Apen Bayeren. Apa persyaratan tersebut?

Ismail, Cenderawasih Pos

Meskipun sudah berulang kali menggelar atraksi Apen Bayeren, namun tidak terlihat bekas luka bakar di telapak kaki Frans Yakob Rumbrapuk dan Korinus Arwam. Saat berbincang-bincang dengan Cenderawasih Pos, kedua pewaris atraksi Apen Bayeren sempat memperlihatkan telapak kakinya yang bebas dari bekas luka bakar. “Jadi sebelum tampil kaki kami harus digosok dengan daun sandia,” ucap Frans Yakob Rumbrapuk atau Tete Frans yang diiyakan oleh Korinus Arwam.

Frans mengatakan tidak ada ritual khusus yang mereka lakukan atau mantra-mantra yang panjang apalagi sampai harus berpuasa tujuh hari tujuh malam sebelum tampil. Menurutnya sebelum memulai atraksi Apen Bayeren, ada beberapa pantangan yang tidak boleh dilanggar oleh pemain Apen Bayeren.

Pantangan tersebut yaitu pemain Apen Bayaren tidak boleh berselingkuh atau melakukan hubungan layaknya suami istri dengan wanita yang bukan istri sahnya. Hal lain yang menjadi pantangan yaitu tidak boleh berbohong, dendam, iri hati, dan tidak sombong. "Kalau pantangan itu dilanggar, pasti kaki akan terbakar dan melepuh,” sebut Korinus Arwam.

Selama ini, atraksi Apen Bayeren hanya dilakoni oleh tiga orang yaitu Korinus Arwam, Frans Yakob Rumbrapuk dan Yowen Arwam. Kemampuan untuk memainkan atraksi ini menurut Tete (kakek) Frans hanya bisa diwariskan kepada salah satu anak laki-laki mereka yang sudah menikah. “Jadi setiap keluarga hanya bisa mewariskan kepada satu anak laki-laki saja. Itu pun hanya kepada yang sudah berkeluarga,” jelasnya.

Untuk mewariskan kemampuan berjalan di atas batu barapen yang panas, Tete Frans, Korinus Arwam maupun Yowen Arwom yang melihat dan memilih langsung kepada siapa anak keturunannya yang akan mewarisi kemampuan mereka. “Kami yang lihat dan seleksi sendiri. Kami melihat dari keberanian sang anak dalam menghadapi masalah,” tambahnya.

Selama ini, Tete Frans dan Korinus Arwam mengaku mengadakan atraksi Apen Bayeren ini di luar kampungnya maupun di luar Biak Numfor atau bahkan di luar Papua. Hal ini tentunya membuat kampung kelahiran mereka jadi kurang dikenal oleh masyarakat luas.

Tak sembarang orang, termasuk masyarakat Biak yang bisa melakoni atraksi Apen Bayeren. Berjalan di atas batu yang dibakar. Selain daun Sindia yang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News