BNPB Bangun Sistem Peringatan Dini Longsor di 24 Lokasi

BNPB Bangun Sistem Peringatan Dini Longsor di 24 Lokasi
Grafik gempa. Foto: JPG

jpnn.com, YOGYAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melanjutkan kerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta untuk membangun sistem peringatan dini longsor atau gerakan tanah di 24 lokasi.

Penerapan sistem peringatan dini bertujuan untuk menurunkan indeks risiko bencana Indonesia. Ke-24 lokasi tersebut tersebar di 15 provinsi.

“Fokus lokasi penerapan 24 sistem peringatan dini gerakan tanah pada 2017 berada di empat daerah perbatasan atau terluar, empat daerah tertinggal dan 16 daerah pariwisata yang tersebar di seluruh Indonesia,” ujar Direktur Kesiapsiagaan BNPB Medi Herlianto, pada pesan elektronik yang diterima, Sabtu (17/6).

Ke-24 daerah tersebut masing-masing Papua (Nabire), Maluku Utara (Ternate, Pulau Morotai), NTB (Bima), NTT (Alor, Belu, Ngada), Gorontalo (Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo), Sulawesi Barat (Bantaeng), Sulawesi Utara (Bitung, Minahasa, Minahasa Utara, Minahasa Selatan), Kalimantan Utara (Nunukan).

Kemudian Kalimantan Barat (Sintang), Kalimantan Timur (Samarinda), Bali (Badung), Jawa Timur (Malang), Jawa Tengah (Kendal, Wonosobo), Banten (Cilengon), Sumatera Barat (Solok Selatan), dan Bengkulu (Rejang Lebong).

Ke empat daerah yang dikategorikan pada daerah tertinggal yaitu Kabupaten Nabire, Pulau Morotai, Belu, dan Solok Selatang. Sedangkan pada kategori daerah perbatasan mencakup Kabupaten Alor, Kota Bitung, Kabupaten Nunukan dan Sintang. Sisanya adalah daerah dengan kategori daerah pariwisata.

Medi berharap upaya yang dilakukan diikuti oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan pemangku kepentingan, dalam rangka pengurangan risiko bencana.(gir/fat/jpnn)


Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melanjutkan kerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta untuk membangun sistem peringatan


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News