Bung Hatta, Buya Hamka dan Agresi Belanda di Bulan Puasa

Bung Hatta, Buya Hamka dan Agresi Belanda di Bulan Puasa
Bung Hatta, Bung Karno dalam sebuah jamuan makan. Foto: Dok. Arsip Nasional Belanda.

Ada perwakilan dari Masyumi, PNI, Partai Sosialis, PKI, Perti, PSII, Partai Tarikat, Muhammadiyah. Hadir pula niniak mamak, para ulama serta tokoh Minang Mr. St. Mohd. Rasyid, Komandan Devisi Ismail Lengah, Letnan Kolonel Dahlan Jambek dan lain-lain.

Buya Hamka yang datang terlambat duduk di belakang.

Masing-masing memaparkan situasi terbaru serta pandangan-pandangannya. Termasuk tentang Bagindo Aziz Khan, Walikota Padang pertama yang baru saja dibunuh Belanda.

Karena lelah setelah melalui perjalanan kilat dari Siantar ke Bukittinggi, Hatta tak berlama-lama ikut perundingan. Dia pamit rehat.

Oiya, sebelum pamit rehat, Hatta sempat menganjurkan perlunya kesatuan perjuangan yang bersifat kerakyatan. Kesatuan tenaga untuk membalas musuh, "sehingga dendam kita karena kematian Aziz Khan dapat ditebus," katanya, sebagaimana ditulis Hamka.

Yang tinggal meneruskan rapat.

"Pemimpin rapat ialah pemimpin tua yang terkenal, yaitu Haji Datuak Batuah dari Partai Komunis Indonesia. Beliau baru saja pulang sesudah diasingkan oleh pemerintah kolonial Belanda ke Digul sejak tahun 1923," tulis Hamka dalam memoarnya.

Menurut Hamka, Haji Datuak Batuah adalah guru mengajinya semasa kanak-kanak di Sumatera Thawalib.

BUNG Hatta dalam perjalanan ke Pematang Siantar, ibukota Propinsi Sumatera ketika pasukan Belanda melancarkan agresi ke kota itu, Juli 1947. Puan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News