Bung Hatta, Buya Hamka dan Agresi Belanda di Bulan Puasa

Bung Hatta, Buya Hamka dan Agresi Belanda di Bulan Puasa
Bung Hatta, Bung Karno dalam sebuah jamuan makan. Foto: Dok. Arsip Nasional Belanda.

Ada Partai Tarikat Naksyabandi, Partai Syarikat Islam Indonesia, Partai Nasional Indonesia (PNI), Pesindo, Sobsi, Partai Komunis Indonesia (PKI), PKI Lokal Islamy, Masyumi, Masyumi Muslimat, Perti, Lasymi, Muhammadiyah, Aisyah, Kowani, Perwari, Barisan Hizbullah, Sabilillah dan lain-lain.

Rahasia persatuan ini, kata Hamka, laksana tinju yang bulat, karena tujuan nasionallah yang diketemukan, yaitu perjuangan mempertahankan kemerdekaaan.

Bung Hatta yang menganjurkan kesatuan badan perjuangan itu tak hadir waktu peresmian FPN di Cinema Theater Bukitiinggi, 12 Agustus 1947.

Jadi, "tatkala Hatta berada di Bukittinggi, dia mendapat telegram dari Soekarno. Soekarno meminta Hatta untuk pergi ke India bertemu dengan Jawaharlal Nehru meminta bantuan senjata," tulis Anwar Abbas.

Kisah ini termuat juga dalam buku Mohammad Hatta: Pejuang Proklamator Pemimpin Manusia Biasa karya Amrin Imran.

Untuk kelancaran misi tersebut, tulisnya, Soekarno telah mempersiapkan segala sesuatunya. Kepergian Hatta dirahasiakan. Dalam paspor yang dipersiapkan oleh Soekarno, nama Hatta diganti jadi Abdullah, jabatannya co-pilot.

Dikabarkan, di India, Hatta berunding dengan Jawaharlal Nehru. Dia juga bertemu dengan Mahatma Ghandi, tetapi Ghandi tidak tahu bahwa orang yang menemuinya itu adalah Hatta karena memang kedatangan Hatta dirahasiakan.

"Nehru mengatakan India tidak dapat memberikan bantuan senjata karena India masih di bawah kendali Inggris. Tetapi Nehru berjanji untuk memberi dukungan politik dan membela perjuangan bangsa Indonesia di forum internasional."

BUNG Hatta dalam perjalanan ke Pematang Siantar, ibukota Propinsi Sumatera ketika pasukan Belanda melancarkan agresi ke kota itu, Juli 1947. Puan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News