Cerita Mantan Perwira Polri Menginterogasi Pentolan Teroris

Cerita Mantan Perwira Polri Menginterogasi Pentolan Teroris
Irjen (Purn) Benny P Mamoto. Foto: dokumen JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Mantan perwira Polri Irjen (Purn) Benny P Mamoto mengungkapkan, menginterogasi teroris bukan pekerjaan mudah. Menurutnya, ada trik-trik khusus agar teroris mau memberikan info yang bisa digunakan penegak hukum untuk mencegah terorisme.

Berbicara pada sebuah diskusi di Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (22/5), mantan peserta seminar dan kursus kontraterorisme di berbagai negara itu menuturkan, menginterogasi teroris tidak bisa menggunakan kekerasan. Menurutnya, cara paling efektif untuk mengorek informasi dari teroris justru pendekatan kekeluargaan.

Sebagai contoh, Benny menceritakan tentang Zulkarnaen yang diyakini sebagai panglima Jemaah Islamiyah (JI). Benny mengaku mengadopsi cara Zulkarnaen memperlakukan para pengikutnya.

“Dia itu sangat perhatian dengan anggotanya. Jadi itu yang saya implementasikan dalam menginterogasi teroris," kata Benny.

Mantan Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional (BNN) itu juga menceritakan pengalamannya menginterogasi Mukhlas yang terlibat dalam Bom Bali I. Benny mengaku berhasil memperoleh informasi detail dari Muklhas setelah membuka obrolan tentang istrinya.

“Mukhlas itu cukup sulit. Lalu saya ajak membicarakan istrinya. Istri Mukhlas ini kembang desa di Malaysia. Itulah kebanggaan yang saya pakai untuk memperoleh informasi," katanya.

Contoh lain yang dipaparkan Benny adalah ketika menginterogasi pentolan JI yang bernama Abu Tholut. Menurut Benny, sosok Abu Tholut yang berwajah sangar ternyata humoris.

"Jadi, kita harus rebut hatinya dan jalin hubungan yang baik. Jadi, kami tidak mengubah ideologi. Cuma kami menggeser jangan menggunakan kekerasan," ujar Benny.

Mantan perwira Polri Irjen (Purn) Benny P Mamoto mengungkapkan, menginterogasi teroris untuk memperoleh informasi penting tidak bisa menggunakan kekerasan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News