Cerita Saksi Mata Tentang Kekejaman Tiongkok di Kamp Uighur, Mengenaskan

Cerita Saksi Mata Tentang Kekejaman Tiongkok di Kamp Uighur, Mengenaskan
Muslim Uighur di Tiongkok. Foto: Reuters

jpnn.com - Sayragul Sauytbay adalah saksi hidup dan bukti nyata penyiksaan yang terjadi di Xinjiang oleh pemerintah Tiongkok. Selama beberapa tahun, dia tinggal serta mengajar di pusat detensi wilayah otonomi khusus tersebut.

"Saya tahu, orang-orang di sana tidak ada yang bersalah." Pernyataan itu menjadi pembuka pengakuan Sayragul Sauytbay kepada CNN.

Yang dia maksud adalah kamp detensi di Xinjiang, Tiongkok. Selama sekitar 2 tahun dia bekerja sebagai guru di tempat tersebut.

Baca Juga:

Sauytbay beretnis Kazakhstan. Dia besar dan tumbuh di Xinjiang. Menurut dia, sudah lama pemerintah Tiongkok memperlakukan penduduk Xinjiang dengan cara yang tidak adil.

Karena itu, ketika pada 2016 suami dan dua anaknya meninggalkan Tiongkok dan tinggal di Kazakhstan, Sauytbay tak bisa ikut. Sebagai warga Kazakh yang menjadi anggota Partai Komunis, pergerakannya dibatasi. Dia akhirnya tetap di Xinjiang dan mengajar TK.

Tak berselang lama setelah kepergian suaminya, dia mendapat tawaran untuk mengajar. Bukan di sekolah, tapi di salah satu kamp detensi. Kamp itu berisi etnis Kazakhstan, Kirgistan, dan keturunan penduduk Asia tengah lainnya. Sauytbay mahir berbahasa Mandarin sehingga diminta mengajari orang-orang di kamp.

Dalam bayangannya, dia akan mengajar seperti sekolah pada umumnya. Tapi, ternyata yang dilihatnya adalah penyiksaan berkepanjangan dengan kedok belajar. Sauytbay diberi tahu bahwa saat itu ada proses untuk mengubah etnis minoritas agar seperti etnis Han yang merupakan mayoritas. Orang-orang di kamp diajari tentang tata cara penguburan, pernikahan, dan berbagai hal lainnya tentang tradisi etnis Han.

"Yang lambat belajar dan tidak memenuhi target bakal dilarang makan," ujar Sauytbay.

Sayragul Sauytbay adalah saksi hidup dan bukti nyata penyiksaan yang terjadi di Xinjiang oleh pemerintah Tiongkok.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News