Demi Ketahanan Pangan, Pemerintah dan Industri Harus Bekerjasama

Demi Ketahanan Pangan, Pemerintah dan Industri Harus Bekerjasama
Stok pangan tersedia. ILUSTRASI. Humas Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Guru Besar Food Processing Engineering Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Purwiyatno Hariyadi menuturkan ketahanan pangan tidak bisa dirata-rata dan harus dilihat secara cermat.

Purwiyatno mengatakan bahwa ketahanan pangan bisa dipenuhi dengan jumlah, mutu, dan keamanan pangannya.

“(Pangan) Memang harus tersedia dari waktu ke waktu, daerah ke daerah, dan itu bisa diakses oleh setiap individu,” ujar Purwiyatno.

Sayangnya kenaikan jumlah penduduk dan ketersediaan pangan tidak selalu berjalan beriringan.
  
Ada banyak hal yang menyebabkan suatu wilayah terancam mengalami krisis pangan seperti berkurangnya petani, keterbatasan sumber pangan, keterbatasan lahan, hingga keamanan pangan agar layak dikonsumsi masyarakat.

Selain itu, Purwiyatno juga mengatakan ada faktor lain yang memengaruhi ketersediaan pangan seperti ketersediaan lahan, perubahan iklim, dan keamanan pangan, yang semuanya saling berkaitan.
 
Terkait penelitian dan pengembangan serta inovasi untuk memungkinkan penguatan ketahanan pangan, akademisi yang juga aktif di Codex National Committee ini mengatakan upaya itu harus didukung dan disambut baik selama membawa manfaat dan nilai positif.

“Setiap prakarsa atau inisiatif untuk bisa memperbaiki atau meningkatkan ketersediaan (pangan) itu harus dieksplor, digali dan dikembangkan,” tutur dia.
 
Purwiyatno juga menyampaikan bahwa pemanfaatan maksimal dan pengurangan bagian yang terbuang dari bahan baku pangan bisa berkontribusi terhadap penguatan ketahanan pangan. Hal ini bisa dilakukan dengan kerja sama antara pemerintah, industri pangan serta masyarakat.
 
Di bidang industri, terkait hal itu Ajinomoto juga melakukan upaya serupa untuk mengatasi ancaman krisis pangan kedepannya. 
 
Beberapa hal yang dilakukan perusahaan produsen umami ini adalah penggunaan dan pemanfaatan kembali sumber daya alam dengan cermat, seperti pemanfaatan hasil samping proses fermentasi dengan mendaur ulangnya menjadi pupuk organik untuk tanaman tebu yang menjadi bahan bakunya, pemanfaatan ini lebih dikenal dengan Siklus Bio (Bio-Cycle).
 
Di Thailand, Ajinomoto juga memanfaatkan sumber bahan baku lain seperti jerami untuk menggantikan singkong sebagai bahan baku produksi asam aminonya.

Menurut Ajinomoto, pemanfaatan jerami dapat menekan dampak air dalam produksi mereka hingga 75 persen  serta mengurangi penggunaan lahan dari 3.000 hektare menjadi nol. 

Dengan langkah ini, lahan yang sebelumnya hanya ditujukan untuk tanaman produksi bisa dialihkan menjadi lahan pertanian pangan yang produktif.

Dengan langkah ini, lahan yang sebelumnya hanya ditujukan untuk tanaman produksi bisa dialihkan menjadi lahan pertanian pangan yang produktif.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News