Denny JA Usul Pileg dan Pilpres Dipisah, Ini Empat Alasannya

Denny JA Usul Pileg dan Pilpres Dipisah, Ini Empat Alasannya
Sejumlah bendera partai politik terpasang di kawasan Jalan Tambak, Jakarta, Rabu (3/4). Foto : Ricardo

jpnn.com, JAKARTA - Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny Januar Ali atau Denny JA, mengusulkan pemilihan legislatif (pileg) dan pemilihan presiden (pilpres) dipisah lagi seperti sebelumnya.

Menurut Denny, pileg dan pilpres serentak ternyata membawa efek buruk terhadap kultur politik. "Jika presiden digabung pileg, maka kita lihat lebih detail buruknya kultur politik yang akan tercipta," kata Denny JA di kantornya, Jakarta, Kamis (18/4).

Pria berkacamata ini mengemukakan empat alasan perlu perceraian pileg dan pilpres. Pertama, pemilu serentak menyebabkan pileg menjadi anak tiri. "Kami melihat 70 persen percakapan publik lebih ke pemilihan presiden. Pileg jadi anak tiri, hanya 30 persen," ungkap Denny.

BACA JUGA: Anies-Sandi Tertinggi di Survei LSI, Tim Pemenangan: Bukan Faktor Tersangka Ahok

Menurut Denny, terjadi perbedaan antara golput antara pileg dan pilpres. Berdasar quick count LSI Denny JA, golput pilpres hanya 19,27 persen, dan golput pileg 30,05 persen.

"Kami melihat mereka yang datang ke TPS fokus ke presiden tetapi tidak ke partai politik," katanya.

Kedua, kata Denny, membuka kultur pengkhianatan terhadap parpol. Ketika pileg dan pilpres digabung, caleg tidak hanya memperjuangkan dirinya tetapi juga capres.

Dalam realitas politik, ketika ke dapil dan capres yang diusung partai tidak populer, maka caleg akan melakukan manuver. Bisa jadi, caleg tersebut tidak memperjuangkan atau mengampanyekan capres yang diusung partainya.

Pendiri LSI Denny JA menilai pileg dan pilpres serentak ternyata membawa efek buruk terhadap kultur politik.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News