Duh, Mobil yang Membawa Investor pun Dikira Taksi Online, Sopirnya Diajak Ribut
jpnn.com, BATAM - Penolakan terhadap transportasi berbasis online dapat menimbulkan sentimen buruk bagi dunia investasi di Batam, Kepulauan Riau.
Salah satu contoh kasusnya adalah perseteruan antara taksi online dan taksi konvensional yang menyebabkan wisatawan maupun investor enggan menginjakkan kaki ke Batam karena merasa tidak aman.
Ketua Asosiasi Digital Entrepeneur Indonesia (ADEI) Batam, Bryan Lase mengungkapkan, polemik ini menimbulkan rasa curiga yang berlebihan yang menyebabkan ketidaknyamanan ketika berkunjung ke Batam.
"Saya waktu itu pernah menjemput tamu di Hotel Harmoni. Tamu ini adalah investor lokal yang ingin berinvestasi di Batam. Tapi tiba-tiba datang taksi pangkalan yang mengira saya sopir Uber dan mengajak ribut," katanya kepada Batam Pos (Jawa Pos Group), kemarin.
Di lain waktu, ada juga kasus dimana dia hendak menjemput keluarganya di mal malah ditahan sama sopir taksi pangkalan karena dikira sopir taksi online.
"Padahal itu mobil pribadi, dan bahkan sahabat saya pernah dilempar. Namun kami tak pernah mengeksposnya ke media," ungkapnya.
Bryan menegaskan, perkembangan dunia digital tidak bisa dihentikan. Karena dengan keberadaanya mampu mempermudah masyarakat dalam melakukan transaksi dari tempat yang jauh.
"Usaha apapun yang disentuh digital, pasti jadi lebih baik," katanya lagi.
Penolakan terhadap transportasi berbasis online dapat menimbulkan sentimen buruk bagi dunia investasi di Batam, Kepulauan Riau.
- DHL jadi yang Pertama Meluncurkan Pusat Logistik Kendaraan Listrik di Batam
- DPRD Imbau Perusahaan di Batam Membayarkan THR Tepat Waktu
- Tangkap Buronan Interpol, Polresta Barelang Terima Penghargaan dari Kedubes Jepang
- 4 Remaja Wanita Pelaku Perundungan di Batam yang Viral Sudah Ditangkap Polisi
- KM Alexindo 8 Terbakar di Batam, Konon Inilah Pemicunya
- Kemenko Perekonomian Ungkap Tujuan Pemerintah Optimalkan Potensi Kawasan BBK