Duterte Tawarkan Gaji dan Rumah Buat Militan yang Mau Membasmi Maute

Duterte Tawarkan Gaji dan Rumah Buat Militan yang Mau Membasmi Maute
Marinir Filipina melakukan operasi pembersihan untuk merebut kembali kota Marawi di Filipina selatan dari kontrol militan Maute. Foto: Jeoffrey Maitem/Inquirer

jpnn.com, MARAWI - Presiden Filipina Rodrigo Duterte memutuskan untuk memanfaatkan kelompok militan lain menyerang kelompok Maute di Marawi, Mindanao. Salah satunya adalah Nur Misuari, pemimpin Moro National Liberation Front (MNLF). 

Saat ini militer Filipina mengklaim Maute sudah terkepung. Pergerakannya kian sempit. Helikopter pemerintah terus membombardir tempat persembunyian kelompok militan yang didirikan pada 2013 itu. Dari 96 barangay alias desa di Marawi, hanya sembilan yang masih dikuasai Maute. ”Komandan di lapangan memastikan operasi ini hampir berakhir,” ujar Brigjen Restituto Padilla, juru bicara Pasukan Bersenjata Filipina (AFP).

Militer juga sudah bisa mengontrol siapa saja yang bisa keluar ataupun masuk ke Marawi. Kontrol ketat juga diterapkan di Iligan, kota tetangga Marawi yang kini dipenuhi pengungsi. Isolasi ketat diterapkan agar militan Maute tidak bisa menyaru sebagai penduduk dan masuk ke Iligan. ”Kami tidak ingin apa yang terjadi di Marawi merembet ke Iligan,” ujar Kepala Batalyon Infanteri Mekanis 4 Kolonel Alex Aduca.

Tak semua warga Marawi bisa mengungsi ke Iligan. Masih ada sekitar dua ribu penduduk yang terjebak di desa-desa yang dikuasai kelompok yang didirikan Abdulah dan Omar Maute itu. Mereka tidak bisa melarikan diri karena ketakutan luar biasa. Mendekam di dalam rumah juga membuat mereka ketir-ketir. Sebab, helikoper milik pemerintah Filipina berdatangan sepanjang hari dan menjatuhkan bom terus-menerus.

Zia Alonto Adiong, salah seorang politikus yang terlibat dalam evakuasi korban, mengaku mendapat banyak pesan elektronik dari penduduk yang masih terjebak di Marawi. Mereka meminta agar serangan udara dihentikan sementara. Menurut Adiong, operasi militer untuk mencegah lebih banyak korban di Marawi justru lebih buruk daripada kematian itu sendiri. ”Kami meminta pada pasukan militer untuk melakukan pendekatan lain (untuk merebut Marawi, Red),” tegas Adiong saat diwawancarai ANC.

Namun, permintaan itu tidak digubris. Militer mengklaim, serangan yang dilakukan tidak membabi buta. Seluruh armada yang diterjunkan sudah terlatih dan mereka menembak dengan presisi.

Sabtu (27/5) Presiden Filipina Rodrigo Duterte memberikan tawaran kepada seluruh separatis muslim dan pemberontak Maoist untuk bergabung dengannya. Duterte menjanjikan gaji, rumah, dan intensif lainnya sama dengan tentara Filipina kepada para pemberontak yang ikut bergabung membasmi Maute dan Abu Sayyaf. Salah satu yang sudah menawarkan diri adalah pendiri MNLF Nur Misuari.

Presiden Filipina Rodrigo Duterte memutuskan untuk memanfaatkan kelompok militan lain menyerang kelompok Maute di Marawi, Mindanao. Salah satunya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News