Ekspor CPO Harus Digenjot demi Kendalikan Nilai Tukar Rupiah

Ekspor CPO Harus Digenjot demi Kendalikan Nilai Tukar Rupiah
Ilustrasi kelapa sawit. Foto: Radar Tarakan/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Ekonom Indef Bhima Yudhistira menilai ekspor minyak sawit mentah (crude pam oil/CPO) membutuhkan insentif di tengah nilai tukar rupiah yang sedang melemah.

Menurut Bhima, peningkatan ekspor CPO bisa menjadi langkah ampuh untuk mengendalikan nilai tukar rupiah.

’’Bisa jadi jalan pintas atau quick win. Tawaran solusinya adalah mengurangi pungutan ekspor untuk CPO dari USD 50 untuk yang mentah dan USD 30 untuk olahan menjadi USD 20 per ton. Minyak sawit adalah penyumbang devisa nonmigas terbesar,’’ ujar Bhima, Minggu (7/10).

Bhima menambahkan, dalam beberapa waktu terakhir ekspor CPO mengalami gangguan. Misalnya, ada pengenaan bea masuk di India.

’’Jika pungutan ekspor direlaksasi, daya dorong sawit diharapkan menekan defisit perdagangan dan kuatkan kurs rupiah. Nanti, ketika kondisi sudah mulai stabil, pungutan ekspor CPO bisa dikenai lagi,’’ kata Bhima.

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) sependapat bahwa pemerintah perlu mengambil langkah untuk mendorong ekspor CPO.

Apalagi, saat ini produksi CPO berlebih. Menurut catatan Gapki, volume ekspor minyak sawit dan turunannya pada Agustus 2018 mencapai 3,3 juta ton. ’

’Angka itu meningkat kalau dibandingkan dengan Juli 2018 yang tercatat 3,22 juta ton,’’ tutur Ketua Umum Gapki Joko Supriyono.

Ekonom Indef Bhima Yudhistira menilai ekspor minyak sawit mentah (crude pam oil/CPO) membutuhkan insentif di tengah nilai tukar rupiah yang sedang melemah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News