Ekspor Tiongkok Masih Anjlok, Apa Dampaknya Bagi Perundingan Dagang dengan AS?

Ekspor Tiongkok Masih Anjlok, Apa Dampaknya Bagi Perundingan Dagang dengan AS?
Negosiasi dagang antara AS dan Tiongkok terus berjalan. Foto: Reuters

jpnn.com, BEIJING - Tiongkok butuh senjata untuk melalui perundingan dagang kesebelas dengan Amerika Serikat (AS) di Washington hari ini (9/5). Tapi, yang mereka temukan justru beban. Kemarin, Rabu (8/5) mereka merilis laporan ekspor-impor yang buruk.

Data ekspor-impor pada April 2019 benar-benar mengkhianati harapan pelaku ekonomi dunia. Mereka mencatat total ekspor USD 193,4 miliar (Rp 2.766 triliun) atau turun 2,7 persen jika dibanding dengan nilai ekspor pada April tahun lalu.

Padahal, banyak pakar ekonomi yang bertaruh terhadap kebangkitan Negeri Tirai Bambu. Sebagian besar pakar ekonomi yang mengisi polling Bloomberg memperkirakan kenaikan 3 persen di bidang ekspor. Selanjutnya, impor Tiongkok diperkirakan turun 2,1 persen.

Baca Juga:

Tapi, yang terjadi justru sebaliknya. Impor bulan keempat Tiongkok justru naik 4 persen menjadi USD 179,6 miliar. ''Data itu menunjukkan bahwa risiko ekonomi anjlok setelah kenaikan sementara masih ada,'' ujar Lu Ting, pakar ekonomi bank Nomura, kepada Agence France-Presse.

Di tengah semua keraguan, banyak pengamat yang menaruh harapan terhadap perkembangan Tiongkok. Pasalnya, ekspor Tiongkok pada Maret melonjak sampai 14,2 persen. Tentu saja, ada faktor liburan Imlek yang selalu mendongkrak konsumsi warga Tiongkok dan sekitarnya. Namun, banyak juga yang merasa tren tersebut bakal berlanjut karena insentif besar-besaran dari pemerintah Tiongkok.

''Sepertinya, kebijakan Beijing untuk mempermudah bisnis akan ditingkatkan lagi dalam waktu dekat,'' imbuh Ting.

Kabinet Xi Jinping pusing tujuh keliling. Sebab, data itu juga tak diiringi daya tawar dengan AS. Mau mengatakan bahwa mereka sudah menyeimbangkan perdagangan dengan AS? Tidak bisa. Menurut South China Morning Post, surplus dagang Tiongkok atas AS justru tumbuh dari Maret menjadi USD 21 miliar (Rp 300 triliun).

Memang, celah terbaru tak selebar selisih dagang April 2018, yakni USD 222 miliar (Rp 3.174 triliun). Tapi, Presiden AS Donald Trump jelas tak akan puas dengan angka tersebut. Kalau dia tak senang, bea impor untuk kelompok barang senilai USD 200 miliar (Rp 2.858 triliun) bakal naik menjadi 25 persen.

Tiongkok butuh senjata untuk melalui perundingan dagang kesebelas dengan Amerika Serikat (AS) di Washington hari ini (9/5)

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News