Fahri Hamzah: Terlalu Cepat Mendefinisikan Pahlawan

Fahri Hamzah: Terlalu Cepat Mendefinisikan Pahlawan
Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah. Foto: Humas DPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Munculnya keinginan untuk mendefinisikan pahlawan dengan definisi baru, seperti anti hoax dan lainnya, dinilai terlalu cepat oleh Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah.

Alasannya, karena masyarakat belum terlalu mendalami atau mengendapkan dalam perasaan dan pikiran tentang nilai-nilai kepahlawanan sesungguhnya seperti keberanian, kesukarelawanan, kemudian dedikasi, pengabdian, kekuatan hati, kemantapan dan idealisme.

“Tentunya yang ada pada mereka (para pahlawan), yang berjuang tanpa pamrih untuk kemerdekaan Indonesia,” kata Fahri melalui pesan singkatnya, Sabtu (10/11).

Jadi, lanjut Fahri, internalisasi nilai-nilai itu yang diendapkan di dalam diri suatu bangsa, itu lebih penting untuk diutamakan terlebih dahulu, sebelum kita terjebak pada penciptaan definisi-definisi kepahlawanan baru yang kadang-kadang terlalu dilumuri oleh propaganda yang sebetulnya kadang-kadang bias oleh kepentingan rezim yang sedang berkuasa.

“Jadi, jangan karena rezim ini punya musuh yang tidak sanggup diatasinya, lalu rakyat dipaksa untuk menyetujui bahwa melawan musuh penguasa itu sebagai kepahlawanan,” ucap politisi dari PKS itu lagi.

Padahal, kita akhirnya menjadi korban dari ketidakmampuan pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah itu. Seperti memperjuangkan pluralisme, keadilan, membela kebenaran dan anti kriminalisasi, menciptakan lapangan pekerjaan, mengatasi kemiskinan dan lainnya itu sebenarnya fungsi negara.

“Jangan gara-gara negara atau pemerintah gagal mengatasi itu, lalu kita dipaksa untuk membuat definisi baru tentang kepahlawanan itu yang akhirnya bias, penguasa mengandung propaganda,” ujarnya.

Jadi, masih menurut Fahri Hamzah, lebih baik bangsa ini kembali kenilai dasarnya lebih dahulu, karena itu yang membuat bangsa ini tidak meleset dan itu payungnya. Kalau itu ada pada negara atau pemerintah, dirinya yakin itu otomatis akan menjadi milik rakyat, dan beban-beban itu akan ditanggung bersama.

Jangan karena rezim ini punya musuh yang tidak sanggup diatasinya, lalu rakyat dipaksa untuk menyetujui bahwa melawan musuh penguasa itu sebagai kepahlawanan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News