Genggaman Sang Istri Lepas saat Digulung Tsunami Selat Sunda

Genggaman Sang Istri Lepas saat Digulung Tsunami Selat Sunda
Widiono, korban tsunami Selat Sunda. Foto: Raka Deny/Jawa Pos

jpnn.com, BANTEN - Widiono bersama istri dan keempat anaknya digulung gelombang tsunami Selat Sunda, saat berusaha menjauh dari pantai di Carita. Widiono selamat, tapi tidak dengan istrinya.

Juneka Subaihul Mufid, Pandeglang

Hampir sekujur tubuh Widiono terluka seperti bekas sayatan. Wajahnya, dua tangannya, kakinya, juga perutnya. Perban putih yang dibebatkan pada kepalanya pun dipenuhi bercak darah yang mulai mengering.

Begitu pula kaki kirinya yang juga diperban. Plastik kresek putih dibebatkan ke kaki itu agar tak terkena air. ”Mungkin kaki saya patah,” ujar Widiono.

Dia adalah salah seorang korban yang berhasil lolos dari maut akibat tsunami yang menerjang Pantai Carita, Pandeglang, Banten, Sabtu malam (22/12). Namun, tidak demikian sang istri, Ilham Suhartini.

Ilham menjadi salah seorang korban meninggal dunia bencana yang juga menghembalang Serang dan Lampung Selatan itu. Padahal, Widiono sudah berupaya menyelamatkan belahan jiwanya tersebut saat tiba-tiba datang ombak besar.

Itu ombak pertama sebelum ombak berikutnya yang menggulung Widiono, istri, dan empat anak mereka. Yakni Willy Erwan Mikrad, 19; Noni Ersa Mikrad, 18; Hawidya Nur Kholifah, 13; dan Jagad Setyo Abadi, 12.

Mereka berada di Carita untuk mengikuti family gathering bersama sejumlah kawan Widiono semasa SMP. Total ada sekitar 130 orang yang turut serta di acara tersebut. ”Ma, ayuk (ayo) kabur yuk, Ma. Cabut,” kata Widiono kepada istrinya setelah ombak tinggi pertama datang.

Lalu datanglah ombak kedua yang lebih besar. Tingginya sekitar dua meter. Ombak itulah yang menggulung Widiono bersama keluarga.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News