Harga Garam Naik 500 Persen, Nelayan Pesisir Tiku Berhenti Produksi Ikan Kering

Harga Garam Naik 500 Persen, Nelayan Pesisir Tiku Berhenti Produksi Ikan Kering
Nelayan pesisir Pantai Tiku, Agam, Sumatera Barat. Foto: padangekspres/jpg

jpnn.com, AGAM - Nelayan pesisir Pantai Tiku dikabarkan berhenti memproduksi ikan kering. Hal itu akibat melonjaknya harga garam.

Dibandingkan tiga bulan lalu, kenaikan harga garam akhir Juli ini mencapai 500 persen. Harga bahan baku utama untuk pengeringan ikan tersebut dirasakan semakin tidak masuk akal.

Para nelayan yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB) pengolahan ikan kering semakin mengeluhkan kian melambungnya harga garam. Selisih kenaikan dirasakan sangat tinggi.

Tiga bulan sebelumnya, nelayan membeli garam seharga Rp 1.500 per kilo atau sekarung isi 50 kilogram dapat dibeli Rp 75 ribu.

Harga itu terus mengalami kenaikan. Sebulan lalu, dikabarkan harga per kilogram mencapai Rp 5 ribu atau Rp 250 ribu per karung. Kenaikan harga mencapai 300 persen.

Parahnya, akhir Juli ini harga garam mencapai Rp 400 ribu per karung. Kenaikan dirasakan nelayan sudah mencapai 500 persen.

”Itu pun harga eceran saat kami beli di Padang. Jika kami beli di Tiku, harganya naik lagi sekitar Rp 20 ribu sekarung,” ujar nelayan pengolah ikan yang juga mantan Jorong Pasia Tiku, Zawirman kepada Padang Ekspres (Jawa Pos Group), Selasa (25/7).

Melambungnya harga garam, lanjut Zawirman, menyebabkan sejumlah rekannya berhenti produksi. Kalaupun ada yang terus berproduksi, jumlah produksi ikan kering nelayan tidak sebanyak hari biasanya. Di Pantai Tiku saja, ada sekitar 50 nelayan yang menggantungkan hidupnya dari ketersediaan garam.

Nelayan pesisir Pantai Tiku dikabarkan berhenti memproduksi ikan kering. Hal itu akibat melonjaknya harga garam.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News