Inflasi Menurun, Pendapatan Per Kapita Naik

Inflasi Menurun, Pendapatan Per Kapita Naik
Inflasi Menurun, Pendapatan Per Kapita Naik
Cadangan devisa naik, pendapatan per kapita naik–bahkan tertinggi selama Republik ini berdiri--, tekanan inflasi menurun, pengangguran turun, pertumbuhan ekonomi daerah naik, kesejahteraan daerah meningkat! Kurang apa lagi?

---------------------------------------------------------------------------------------------------------

jpnn.com - HAMPIR semua indikator ekonomi ekonomi yang dipaparkan Menko Perekonomian Hatta Rajasa itu menunjukkan tanda-tanda negeri yang layak bersikap optimis. Kontras sekali dengan isu-isu yang menyudutkan, bahwa negara ini berada di ambang kebangkrutan! Ekonomi negeri ini di persepsikan seolah berada di negeri fatamorgana, negeri semu, yang tampak hanyalah bayang-bayang tak nyata. Angka-angka itu semua bukan rekaan atau hasil simsalabim. Menurut “Mister jam tujuh tet” –julukan baru Hatta itu--, modal asing yang masuk sudah menunjukkan Yield SUN 10 tahun ke bawah 8 persen, dan itu meningkatkan cadangan devisa, mencapai USD 118 Juta per Mei 2011.

“Tahun 2010 hanya USD 96,21 juta. Tahun 2009 masih USD 78,56 juta. Sebuah peningkatan cadangan devisa yang signifikan,” kata Menko Perekonomian. Inflasi yang dari waktu ke waktu sangat sensitif dari tekanan, kata Hatta, masih amat terkendali dengan landai. Laju inflasi tahunan pada bulan Juni 2011, masih berada di level 5,54 persen. Diperkirakan target inflasi hinggal 2011, ketemu di angka 5 plus minus 1 persen. Bagaimana dengan pendapatan perkapita? Tahun 2010 lalu, rata-rata USD 3.005 perkepala, dan itu sudah meningkat dari sebelumnya, 2009 yang nilainya USD 2.350. Sedang tahun 2008 masih USD 2.270. Tahun 2011 ini diperkirakan sudah melampaui USD 3.500 per kapita per tahun. Dengan jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta jiwa, maka size ekonomi Indonesia semakin kokoh.

:TERKAIT Koefisien Gini Rasio, yang menunjukkan tingkat pemerataan juga semakin menyebar. Apa artinya? “Desentralisasi dan otonomi daerah sudah semakin maju. Pertumbuhan ekonomi tidak hanya terjadi di Jabodetabek saja, tetapi semakin meluas ke kota-kota besar di Indonesia,” papar Hatta Karena itu, tambahnya, MP3EI dengan enam koridor itu semakin meneguhkan spirit untuk membangun daerah-daerah di Indonesia secara lebih serius. Jambi, Sumut, Bengkulu, Jawa Timur, Kalteng, Sulut, Gorontalo, Sulsel, Sulteng, Sulbar, Sultra, NTT, Maluku bertumbuh di atas rata-rata 6,1 persen. Sedangkan, tingkat pengangguran menurun. Yang berada di bawah ratarata nasional 7,14 persen adalah: Jambi, Beng kulu, Lampung, Bangka, Jateng, DIY, Jatim, Bali, NTB, NTT, Kalbar, Kalteng, Kalsel, Sulteng, Sultra, Gorontalo, Sulbar, Malut, dan Papua. Hatta juga menjelaskan, dalam kelompok G-20, Indonesia saat ini tercatat me miliki pertumbuhan konsumsi paling cepat.

Euromonitor International, sebuh kelompok yang melakukan penelitian pasar memperkirakan, jumlah keluarga golongan menengah, yang memiliki angka konsumsi USD 5.000 – 15.000 pertahun akan tumbuh, dari 35,7 persen dari jumlah populasi tahun 2010, menjadi 58,3 persen tahun 2020. Sebagai perbandingan, China 31,7 persen menjadi 46,2 persen. Lalu, India 14,6 persen menjadi 41,1 persen pada periode yang sama. “Saya baca dari Financial Time article, 18 November 2010, dengan judul Indonesia’s Middle Class Comes of Ages, oleh Anthony Deutsch,” kata Hatta yang suka lebih dari 5 macam olah raga itu (golf, karate, bulutangkis, tenis meja, sepeda, dan treatmill itu, red). Sementara, lanjut insinyur pertambangan ITB Bandung ini, masih banyak sumber daya alam yang belum dikelola dengan maksimal. Dia mencontohkan gas alam, memiliki cadangan 164 TCF dengan kecepatan produksi 3 TCF per tahun. “Potensinya amat besar besar, energi berbasis gas bagi industri dan petrokimia.

Belum termasuk gas metana batubara dan gasifikasi dari batubara itu sendiri,” jelas pria berambut perak ini. Juga potensi batubara, yang merupakan eksportir nomor dua di dunia. Kandungan negeri ini masih lebih dari 100 miliar ton. “Lalu panas bumi, potensinya terbesar di dunia, jumlahnya 40 persen dari kapasitas dunia ada di negeri ini,” ungkap Hatta yang di setiap sudut rumahnya dipenuhi kain-kain songket daerah itu. Minyak kepala sawit (palm oil), menurut dia, juga sebagai produsen terbesar di dunia. Lebih dari 20 juta ton per tahun. Timah, produsen terbesar ke-2 di dunia, dengan produksi sekitar 65 ribu ton pertahun. Nikel, juga nomor 4 terbesar di dunia, dengan cadangan 12 persen dunia tersimpan di perut bumi Indo nesia. Bauksit, saat ini produsen terbesar nomor 4 dunia, dengan cadangan terbesar nomor 7 dunia.

“Khusus timah, nikel, bauksit, sesuai dengan UU Minerba no 4 tahun 2009, pada tahun 2014 harus diproses minimal setengah jadi di dalam negeri. Agar velue-nya meningkat untuk negeri,” katanya. Berdasarkan fakta-fakta itulah, kata Hatta, Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) itu disusun selama hampir setahun. Masterplan ini dibuat dari 2010 hingga 2025, dengan proyeksi PDB mencapai USD 13.000 sampai 16.100 per kapaita. Itu akan dikategorikan sebagai Negara terbesar ke-12 dunia. Indonesia menjadi Negara maju melalui pertumbuhan ekonomi tinggi yang inklusif dan berkelanjutan,” ungkap Hatta optimis. Masih ragukah untuk optimis? (bersambung/ don)


Cadangan devisa naik, pendapatan per kapita naik–bahkan tertinggi selama Republik ini berdiri--, tekanan inflasi menurun, pengangguran turun,


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News