Islam dan Nasionalisme Harus Berdampingan dan Seimbang

Islam dan Nasionalisme Harus Berdampingan dan Seimbang
Haul Bung Karno ke-47 dan peluncuran buku “Bung Karno, Islam, dan Pancasila” di Gedung Nusantara IV, Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (21/6). Foto: Humas MPR

jpnn.com, JAKARTA - Golongan Islam dan nasionalisme adalah ibarat dua rel kereta api. Keduanya harus berdampingan dengan kokoh dan seimbang.

Jika salah satu relnya patah maka kereta api yang berada di atasnya tidak bisa mengantarkan penumpangnya sampai ke tujuan.

Akibat fatal lainnya adalah kereta api itu akan terjungkal dan mencelakakan para penumpang di dalamnya.

Hal itu disampaikan Ketua Fraksi PDI Perjuangan MPR RI Ahmad Basarah dalam sambutan pada Haul Bung Karno ke-47 dan peluncuran buku “Bung Karno, Islam, dan Pancasila” di Gedung Nusantara IV, Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (21/6).

Tampak hadir Presiden Indonesia ke-5 Megawati Soekarnoputri, Ketua MPR Zulkifli Hasan, Ketua Mahkamah Konstitusi Prof Dr Arief Hidayat, mantan Ketua MK Mahfud MD, Menkumham Yasonna Laoly, Mendagri Tjahjo Kumolo, pimpinan fraksi di MPR RI.

“Kalau Islam dan nasionalisme dipisahkan atau diadu-domba maka hancurlah Indonesia,” kata Ahmad Basarah dalam sambutan yang diberi judul 'Pledoi untuk Bung Karno dan Pemikiran-Pemikirannya'.

Menurut Basarah, Pancasila yang di dalamnya mengandung unsur-unsur keislaman dan nasionalisme adalah laksana dua rel kereta api.

“Jika keduanya berdampingan dengan kokoh akan dapat mengantarkan negara kesatuan Republik Indonesia dengan segenap rakyatnya yang majemuk, baik dari aspek agama, suku, etnis dan antar-golongan akan sampai pada tujuan bernegaranya. Yaitu, tatanan masyarakat yang subur makmur dan adil serta bahagia lahir bathin (Baldatun Thayyibatum Wa Rabbun Ghafur),” paparnya.

Golongan Islam dan nasionalisme adalah ibarat dua rel kereta api. Keduanya harus berdampingan dengan kokoh dan seimbang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News