Jadi Tukang Parkir agar Bisa Kuliah

Jadi Tukang Parkir agar Bisa Kuliah
Herman Hutabarat. Foto: MELY YONANI/JAMBI EKSPRES

jpnn.com - Herman Hutabarat rela menjadi tukang parkir agar bisa melanjutkan pendidikannya. Dia geluti pekerjaan itu sejak tiga tahun yang lalu.

MELY YONANI

WAJAHNYA tampak lelah sambil mengatur kendaraan yang datang ke apotik KDA, Sipin, Kota Jambi. Cuaca memang terik. Jika tak ada yang parkir, dia manfaatkan untuk beristirahat sejenak.

Herman Hutabarat terpaksa menjadi tukang parkir pada siang hari demi bisa berkuliah. Dia kuliah malam.

Pria kelahiran 1995 itu merupakan perantauan. Kini, Dia sudah Semester V sebagai mahasiswa di Universitas Batanghari. “Saya ambil ekonomi managemen,” ujarnya.

Herman terlahir dari keluarga yang kurang mampu. Anak ke-3 dari 4 bersaudara ini merupakan anak petani. Kedua orang tuanya tinggal di Medan sebagai petani sayur-mayur.

“Waktu lulus SMA, mau kuliah orang tua bilang tidak ada duit. Saya merantau, tidak mungkin Saya maksa,” akunya.

Upah yang didapat menjadi tukang parkir tak begitu banyak. Satu hari maksimal mendapatkan uang Rp 100 ribu. Hasil itu harus bisa dibagi-bagi, simpan untuk bayar uang kuliah, kontrakan, dan makan.

Herman Hutabarat rela menjadi tukang parkir agar bisa melanjutkan pendidikannya. Dia geluti pekerjaan itu sejak tiga tahun yang lalu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News