Jojo, Hatimu Sungguh Mulia

Jojo, Hatimu Sungguh Mulia
Jonatan Cristie yang akrab dipanggil Jojo. Foto: Ricardo/dok.JPNN.com

jpnn.com - Jonatan Christie, yang akrab dipanggil Jojo, ingin membagi kebahagiaannya meraih medali emas Asian Games 2018 dengan korban gempa Lombok.
-----
Mimpi menjadi juara selalu meluap di benak Jonatan Christie setiap kali melangkah ke pertandingan bulu tangkis. Termasuk di Asian Games 2018. Tapi, melihat komposisi lawan-lawannya, menembus semifinal menjadi target paling realistis di Asian Games lalu.

Sang pelatih Hendry Saputra pun memandang seperti itu. Tapi, Jonatan ternyata melompat jauh lebih tinggi daripada hitung-hitungan tersebut.

Momentum didapat ketika dia mengalahkan unggulan pertama dari Tiongkok Shi Yuqi pada babak awal. Setelah itu, Jojo terus melaju tanpa bisa dibendung.

Betapa bahagianya ketika medali emas itu akhirnya menjadi miliknya. Medali tersebut mengakhiri dahaga 12 tahun Indonesia di nomor tunggal putra. Kali terakhir medali emas dipersembahkan Taufik Hidayat di Doha, Qatar, pada 2006.

Saking bahagianya, Jojo sampai melakukan aksi lepas baju begitu memenangkan pertarungan dengan Chou Tien Chen.

Pebulu tangkis 20 tahun itu sadar kemenangannya bukan hanya milik sendiri. Bukan cuma milik keluarganya. Tapi, milik semua orang Indonesia. Termasuk mereka yang hadir di Istora ketika final.

Juga warga Bidara Cina, Kampung Melayu, Jakarta Timur, tempat Jojo dilahirkan dan mengisi masa kecilnya. Kampung tempat orang tuanya, Andreas Adi Siswa dan Marlanti Djaja, tinggal.

Jika dengan mereka yang hadir di Istora Jojo berbagi kebahagiaan dengan melepas baju, di Bidara Cina dia larut dalam acara sederhana yang dibuat para tetangga. Kepulangan Jojo ke Bidara Cina pada 1 September itu memang benar-benar tidak biasa. Dia disambut ratusan warga sejak dari mulut gang rumahnya.

Jojo, panggilan akrab Jonatan Cristie, menyisihkan bonus yang dia dapatkan untuk membangun selter, sekolah, dan masjid di Lombok.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News