Jokowi Bisa Kehilangan Dukungan dari Kalangan Nahdliyin

Jokowi Bisa Kehilangan Dukungan dari Kalangan Nahdliyin
Guru, pelajar, ulama dan aktivis NU saat mengikuti Aksi Jihad Tolak Full Day School (FDS) di Halaman Kantor PCNU Kota Tasikmalaya Jalan dr Soekardjo kemarin (12/8). Foto: Yanggi F Irlana/Radar Tasikmalaya/JPNN.com

jpnn.com, SURABAYA - Nahdlatul Ulama (NU) secara tegas menolak kebijakan sekolah lima hari atau kerap disebut full day school (FDS).

Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim KH Mohammad Hasan Mutawakkil Alallah berharap Presiden Jokowi mendengarkan aspirasi tersebut.

Jika itu tidak, Mutawakkil menyebutkan suara pendukung Jokowi dari kalangan nahdliyyin (warga NU) Jatim bisa hilang.

“Selain menimbulkan kerugian pada dunia pendidikan, ini juga kerugian politik bagi Presiden Jokowi,” katanya pada Jawa Pos kemarin (12/8).

Mutawakkil menyatakan, selama ini NU memberikan dukungan penuh terhadap program maupun kebijakan pemerintah. Sebab, NU menilai kebijakan Jokowi bermanfaat bagi rakyat.

Namun, jika ada satu kebijakan yang dinilai tidak berpihak pada rakyat, NU tidak akan segan-segan mengritik, bahkan dengan cara keras. Mutawakkil juga mengakui, jasa Jokowi tidak sedikit.

Beberapa harapan besar nahdliyyin direspons secara positif oleh Jokowi. Contohnya adalah permintaan untuk menjadikan tokoh-tokoh penyebar Islam diberikan gelar kepahlawanan.

Seperti KHR As’ad Samsul Arifin dari Situbondo yang diberikan gelar pahlawan oleh Jokowi pada 2016. Jokowi juga menetapkan hari santri nasional setiap 22 Oktober, yang notabene merupakan aspirasi warga NU sejak lama.

Nahdlatul Ulama (NU) secara tegas menolak kebijakan sekolah lima hari atau kerap disebut full day school (FDS).

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News