Kemenpar dan 34 Dispar Provinsi Rakor Sustainable Tourism Development

Kemenpar dan 34 Dispar Provinsi Rakor Sustainable Tourism Development
Menpar Arief Yahya. Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) Penerapan Program Pengembangan Berkelanjutan (Sustainable Tourism Development) bersama 34 Dinas Pariwisata Provinsi, 20 dinas pariwisata Kabupaten/Kota di Hotel Alila, Jakarta, Rabu 26 April 2017. Dalam rakor ini juga diluncurkan logo Pariwisata Berkelanjutan Indonesia.

"Rakor ini untuk sosialisasi Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan. Juga ada penandatanganan komitmen pembangunan pariwisata berkelanjutan, fasilitator dan lokal partner pariwisata berkelanjutan," ujar Ketua Pokja Percepatan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Kemenpar, I Gede Ardika, Jumat (28/4).

Ardika menjelaskan, pengembangan pariwisata berkelanjutan membutuhkan sinergi seluruh pemangku kepentingan.

Program pengembangan berkelanjutan Indonesia ini selaras dengan program sustainable development goals dunia.

"Keberagaman dan pemeliharaan lingkungan harus menjadi modal utama pembangunan pariwisata Indonesia. Sudah saatnya seluruh pemangku kepentingan memperhatikan hal tersebut," kata Ardika.

Pada Rakor ini disepakati rencana aksi bahwa daerah harus menyiapkan dan menyusun Sustainable Tourism Strategy dan Master Plan. Destinasi pariwisata harus siap menjadi laboratorium pariwisata berkelanjutan.

"Selain itu perlu diinisiasi pembentukan Sustainable Club tempat di mana para stakeholder berbagi pengalaman dalam membangun destinasi berkelanjutan," jelas Ardika.

Asisten Deputi Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem Pariwisata Kemenpar, Frans Teguh menjelaskan, pengembangan pariwisata berkelanjutan memiliki tiga program utama, yaitu sustainable tourism destination, sustainable tourism observatory, dan sustainable tourism certification.

"Pedoman ini telah diturunkan dalam sebuah panduan teknis yang menjadi pedoman dalam sertifikasi. Dengan kesiapan dokumen ini dan dewan juri yang telah terbentuk, Kemenpar siap menyelenggarakan Indonesia Sustainable Tourism Award (ISTA) perdana pada tahun 2017," jelas Frans.

Frans menambahkan, ISTA sangat selaras dengan ASEAN Tourism Sustainable Award (ASTA) yang akan diselenggarakan pada tahun 2018.

Semua destinasi diharapkan dapat berpartisipasi dalam ajang penghargaan ini sebagai wujud semangat destinasi meningkatkan kualitasnya. ISTA dapat diakses melalui website Kemenpar dan Indonesia.Travel.

"Melalui ISTA, mutu destinasi akan diklasifikasikan dalam warna Hijau, Biru, Kuning, dan Merah. Hijau merupakan nilai tertinggi dan diikuti warna lainnya. Penilaian ISTA akan sangat terbuka dan transparan. Destinasi yang terbaik akan diajukan untuk ikut serta dalam ASTA," papar Frans.

Pelaksanaan kegiatan ini akan dikolaborasikan dengan Green Hotel Award dan Anugerah Homestay. Kategori penghargaan, di antaranya Kategori Umum, Kategori Pengelolaan Destinasi Pariwisata Berkelanjutan, Kategori Pemanfaatan Ekonomi untuk Masyarakat Lokal, Kategori Pelestarian Budaya Bagi Masyarakat Dan Pengunjung, dan Kategori Pelestarian Lingkungan.

Frans menjelaskan, ISTA dirancang sebagai alat untuk merecognisi dan mendorong penerapan prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan oleh destinasi-destinasi pariwisata di Indonesia.

Di antaranya, mendorong lahirnya berbagai inovasi atas produk-produk pariwisata berkelanjutan, partisipasi dan kerjasama sektor publik maupun swasta, dan ajang promosi serta branding bagi destinasi pariwisata baik di tingkat nasional maupun internasional dalam rangka peningkatan kunjungan wisatawan.

"Secara garis besar, keempat kriteria dimaksud adalah pengelolaan destinasi pariwisata berkelanjutan, pemanfaatan ekonomi untuk masyarakat lokal, pelestarian budaya bagi masyarakat dan pengunjung, dan pelestarian lingkungan," pungkas Frans.

Menteri Pariwisata (menpar) Arief Yahya menyebutkan, Indonesia memiliki penilaian yang bagus terkait sustainable tourism.

Bahkan, kata dia, Indonesia menempati peringkat kedua setelah China dalam hal dimaksud, seperti diungkapkan pada pembukaan PATA Travel Mart 2016.

Prestasi tersebut tentu menjadi tantangan tersendiri bagi daerah di destinasi untuk terus menerapkan prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan.

"Bicara pariwisata, tidak hanya tentang destinasi melainkan juga pengembangan infrastruktur secara keseluruhan dan berkelanjutan. United Nation World Tourism Organization (UNWTO) mendefinisikan pariwisata berkelanjutan secara sederhana sebagai pariwisata yang memperhitungkan penuh dampak ekonomi, sosial dan lingkungan saat ini dan masa depan, memenuhi kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan dan masyarakat setempat," jelas mantan Dirut PT Telkom ini.

Praktik manajemen dan pedoman pembangunan pariwisata berkelanjutan dapat diaplikasikan ke semua bentuk aktifitas pariwisata di semua jenis destinasi wisata, termasuk pariwisata massal dan berbagai jenis kegiatan pariwisata lainnya.

"Untuk menjamin keberlanjutan jangka panjang, maka keseimbangan antar prinsip-prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan harus dibangun dengan baik," kata Menpar Arief Yahya. (adv/jpnn)

 

Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) Penerapan Program Pengembangan Berkelanjutan (Sustainable Tourism Development)

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News