Ketum PSI Ajak ASEAN Lawan Intoleransi

Ketum PSI Ajak ASEAN Lawan Intoleransi
Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie. Foto: dokumen Jawa Pos

jpnn.com, HANOI - Ketua Umum PSI Grace Natalie mengatakan, Indonesia adalah negeri beragam yang masyarakatnya hidup dalam harmoni. Namun, banyak yang menganggap bahwa harmoni tersebut terasa mulai berkurang belakangan ini.

Polemik seputar kasus penistaan agama mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama alias Ahok menjadi acuan banyak orang ketika berbicara soal intoleransi di Indonesia.

“Apa yang terjadi? Apakah toleransi hilang di masyarakat Indonesia? Apakah ada pergeseran di masyarakat?” kata Grace saat menjadi pembicara dalam sebuah diskusi di World Economic Forum on ASEAN di Hanoi, Vietnam.

Mantan presenter TV berita itu kemudian mengutip survei yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC). Salah satu pertanyaan ke para responden survei itu adalah 'kelompok mana yang paling tidak mereka sukai?'.

Tiga jawaban terbanyak: LGBT, ISIS, dan komunis. Menurut survei yang dilakukan pada akhir 2016 tersebut, ketidaksukaan pada kaum Tionghoa dan Kristen sendiri sangat rendah.

“Berdasarkan survei tersebut, mereka yang tidak suka pada etnis Tionghoa hanya 0,8 persen,” kata Grace.

Dalam pandangan Grace, hal yang terjadi pada Ahok tidak terkait dengan kebencian etnis. Yang terjadi adalah rekayasa untuk kepentingan politik.

“Setelah Ahok divonis dua tahun, pihak Polri membongkar sindikat yang memproduksi dan menyebarluaskan hoax. Sindikat ini aktif bekerja selama Pilkada DKI Jakarta 2017,” kata Grace.

Ketua Umum PSI Grace Natalie mengatakan, Indonesia adalah negeri beragam yang masyarakatnya hidup dalam harmoni. Namun, intoleransi belakangan ini meningkat

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News