Kisah Guru Honorer, ke Sekolah Menerabas Ombak Lautan, Rp 250 Ribu per Bulan

Kisah Guru Honorer, ke Sekolah Menerabas Ombak Lautan, Rp 250 Ribu per Bulan
Dedy (berdiri) bersama siswa SMA 1 Lasolo Kepulauan, sekolah di perbatasan Sultra-Sulteng. Foto: Helmin Tosuki/Kendari Pos/JPNN.com

jpnn.com - Dedy Herysman Khalik dan kawan-kawannya mengajar di daerah terpencil, di Lasolo Kepulauan (Laskep), Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara.

Jangan cerita soal kesejahteraan guru kepada Dedy dkk.. Mereka hanya tahu soal pengabdian. Mengajar di daerah terpencil, berbekal honor tak sepadan. Sekolah lima atau enam hari sama saja.

Helmin Tosuki, Wanggudu

Sudah dua tahun terakhir ini, Dedy Herysman Khalik melipatgandakan keberaniannya. Saban pekan, ia harus melintasi lautan, menerabas gelombang dengan doa-doa yang dirapalkan agar cuaca tak memburuk.

Dua sampai tiga jam perjalanan mesti ia tempuh dengan perahu sewaan, menuju tempatnya mengabdi. Ia tercatat sebagai guru di SMA 1 Lasolo Kepulauan.

Tempatnya mengajar bukanlah lokasi yang penuh dengan keindahan serta tersedia fasilitas. Laskep, demikian orang-orang menyingkat Lasolo Kepulauan, ada di tapal batas.

Daerah ini adalah gugusan daerah pesisir di Konawe Utara yang berbatasan dengan Sulawesi Tengah.

Murid-murid yang Dedy ajar bahkan banyak yang berasal dari Morowali, kabupaten di Sulawesi Tengah yang berbatasan dengan Konut.

Dedy Herysman Khalik dan kawan-kawannya mengajar di daerah terpencil, di Lasolo Kepulauan (Laskep), Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News