Kisah Penjaga Makam Keramat yang Tak Digaji

Kisah Penjaga Makam Keramat yang Tak Digaji
Jamali, penjaga makam kramat Loang Baloq, Kota Mataram, NTB. FOTO: Lombok Post/JPNN.com

jpnn.com - JAMALI kini akrab disapa Jamal. Nama itu disematkan Tukul, seorag artis ibu kota pada dirinya. Memang banyak artis dan orang terpandang yang datang mengunjungi makam yang dijaganya. Namun dia tidak mendapatkan apa-apa.

FERIAL AYU, Mataram

Wajahnya sayu. Kerutan terlihat jelas terukir di bawah kedua kelopak matanya. Lelah tergambar jelas seiring dengan usia Jamali yang semakin tua.

Pria 53 tahun ini masih setia menunggui makam keramat Loang Baloq. Ia masih setia melayani pengunjung yang datang berziarah. Tak sungkan-sungkan menyapa mereka yang masih asing dengan makam tersebut. Termasuk saat menerima kedatangan Lombok Post (Jawa Pos Group).

Tak perlu menunggu lama, ia pun memulai kisah hidupnya. Ia dilahirkan dan hidup dalam lingkungan keluarga tak berada. Bahkan setelah menikah dan memiliki anak pun ia hanya tinggal di rumah sederhana.

Di rumah kecilnya tersebut, ia tinggal bersama istri, anak dan menantunya. Rumah itu hanya beratapkan seng dan sering bocor. Setiap hujan tiba, istrinya harus sigap menyiapkan banyak wadah untuk menampung kebocoran.

“Saya selalu sabar dan tidak mengeluh,” tuturnya.

Sekitar tahun 1995, ia dipercaya menjaga makam keramat Loang Baloq. Namun, ia tak mendapatkan gaji. Padahal pria yang akrab disapa Jamal tersebut menjaga makam selama 24 jam. Ia makan dan menginap langsung dalam areal makam.

JAMALI kini akrab disapa Jamal. Nama itu disematkan Tukul, seorag artis ibu kota pada dirinya. Memang banyak artis dan orang terpandang yang datang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News