Kongres Akan Buka Iklan Facebook Pesanan Rusia di Pilpres AS

Kongres Akan Buka Iklan Facebook Pesanan Rusia di Pilpres AS
Facebook. Foto/ilustrasi: Reuters

jpnn.com, WASHINGTON - Komite Intelijen Kongres Amerika Serikat akan merilis dokumen tentang iklan politik di Facebook dalam pemilihan presiden (pilpres) 2016. Rencana itu menyusul pertemuan antara Mike Conaway dan Adam Schiff dari Tim Investigasi Rusia Kongres AS dengan Chief Operating Officer Facebook Sheryl Sandberg, Rabu (11/10).

Schiff mengatakan, Tim Investigasi Rusia Kongres AS telah mencapai kesepakatan dengan perwakilan Facebook untuk membuka dokumen yang terkait iklan di pilpres. “Dokumen itu akan dirilis oleh komite,” ujarnya.

Kesepakatan itu mengakhiri kebuntuan antara Kongres AS dengan Facebook mengenai iklan publik. Sebelumnya, raksasa media sosial memang bersedia menyerahkan 3.000 iklan yang terkait dengan Rusia ke Komite Intelijen Kongres AS.

Namun, Facebook memang sempat keberatan. Alasannya adalah kebijakan tentang kerahasiaan perusahaan.

Kongres AS telah menjadwalkan pertemuan dengan Facebook, Twitter dan Google pada 1 November mendatang. Tujuannya adalah membuka penggunaan media sosial pada Pilpres AS lalu.

Conaway mengatakan, Komite Intelijen Kongres akan merilis dokumen itu sebelum pertemuan dengan Facebook. “Harapan pribadi saya adalah kami melakukan ini secepat mungkian,” katanya.

Bulan lalu, Facebook menyampaikan ke kongres bahwa penyedia jejaring sosial yang bermarkas di Menlo Park, California itu menjual 3.000 iklan ke 470 warga Rusia yang berhubungan dengan Internet Research Agency. Perusahaan yang bermarkas di St Petersburg itu dikenal sebagai sebuah peternakan akun yang punya kaitan dengan penguasa Rusia.

Sedangkan Sheryl Sandberg mengatakan, perusahaannya memiliki tanggung jawab besar untuk menyerahkan semua dokumen iklan pesanan warga asing ke kongres. Menurutnya, interfensi asing dalam Pemilu AS jelas merupakan hal yang mengganggu.

Komite Intelijen Kongres Amerika Serikat akan merilis dokumen tentang iklan politik di Facebook dalam pemilihan presiden 2016 silam.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News