Krisis Garam Karena Ulah Kompeni

Krisis Garam Karena Ulah Kompeni
Dua orang perempuan melakukan pengepakan garam pada zaman kolonial. Foto: Dok. Tropenmuseum.

jpnn.com - JAWA pernah menjadi pengekspor garam terbesar se-Nusantara. Monopoli pemerintah kolonial terhadap produksi dan distribusi garam, mengubah peran Jawa dari semula pengekspor menjadi mengimpor garam.

Wenri Wanhar & Yudi Anugrah N 

Dahulu kala, garam Jawa dengan mutu baik dibawa dari Jaratan, Gresik, Pati, Juwana, dan tempat-tempat di sekitarnya.

Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) melirik. Bagi mereka, garam tak cuma asin. Namun gurih bagi kehambaran keuangan VOC.

Dalam sebuah perencanaan matang, para juru runding Kompeni berhasil menjalin kontrak dengan penguasa lokal.

Sejurus waktu, VOC pun menetapkan sistem kontingenten atau serah wajib petani garam.

Mereka memberi keleluasaan pada orang “Cina Conjock” pemilik zoutpannen atau kuali-kuali garam di sebelah barat Batavia.  

Alhasil, kaum Cina Conjock, “mendapat izin mengekspor garam secara bebas bea, asalkan dapat memenuhi keperluan Kompeni dan kaum “burgher” dengan harga 8 rial sekali muat,” sebagaimana tersua dalam Plakaatboek tahun 1648, peraturan perdana mengenai garam.

JAWA pernah menjadi pengekspor garam terbesar se-Nusantara. Monopoli pemerintah kolonial terhadap produksi dan distribusi garam, mengubah peran Jawa

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News