Kurangi Ketergantungan Bahan Bakar Fosil, Alihkan ke Energi Ramah Lingkungan

Kurangi Ketergantungan Bahan Bakar Fosil, Alihkan ke Energi Ramah Lingkungan
Presiden Joko Widodo menjajal motor listrik Gesits di kompleks Istana Negara. Foto: Biro Pers

jpnn.com, JAKARTA - Sesuai dengan Kebijakan Energi Nasional (KEN), Indonesia berupaya mengalihkan konsumsi energi yang sebelumnya berbasis pada energi fosil minyak, gas, dan batubara, menjadi struktur bauran energi berbasis energi baru dan terbarukan (EBT).

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Harjanto menjelaskan, sesuai dengan Road Map (Peta Jalan) industri otomotif nasional dan misi mengembangkan industri otomotif yang andal dan kompetitif serta berkelanjutan, sejak 2013 sampai 2022 Indonesia sudah mencanangkan pengembangan produksi kendaraan roda dua berbasis LCEV (low carbon emission vehicle) atau kendaraan rendah emisi.

“Targetnya tahun 2025, populasi mobil listrik diperkirakan tembus 20 persen atau sekitar 400 ribu unit dari 2 juta mobil yang diproduksi di dalam negeri,” ungkap Harjanto.

Di samping itu, pada 2025, juga dibidik 2 juta unit untuk populasi motor listrik. “Jadi, langkah strategis sudah disiapkan secara bertahap, sehingga kita bisa menuju produksi mobil atau sepeda motor listrik yang berdaya saing di pasar domestik maupun ekspor,” sambungnya.

Terpisah, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menjelaskan, pengembangan kendaraan listrik sebagai komitmen pemerintah dalam upaya menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (CO2) 29 persen di tahun 2030 sekaligus menjaga ketahanan energi, khususnya di sektor transportasi darat.

“Jadi, tren global untuk kendaraan masa depan adalah yang hemat energi dan ramah lingkungan,” ucapnya.

Selain itu bisa mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Sesuai yang disampaikan Presiden Joko Widodo, kendaraan bermotor listrik dapat mengurangi pemakaian bahan bakar minyak (BBM), serta mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor BBM, yang berpotensi menghemat devisa kurang lebih Rp 798 triliun.

Airlangga menegaskan, pihaknya juga terus mendorong agar manufaktur-manufaktur otomotif di dalam negeri dapat merealisasikan pengembangan kendaraan rendah emisi atau low carbon emission vehicle (LCEV) yang terprogram dalam roadmap industri kendaraan otomotif. Di dalam peta jalan tersebut, terdapat tahapan dan target dalam upaya pengembangan kendaraan berbasis energi listrik di Indonesia.

Jadi, tren global untuk kendaraan masa depan adalah yang hemat energi dan ramah lingkungan, dengan mengurangi bahan bakar fosil.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News