LHK Hadir untuk Sentani, Kawal Perbaikan Tata Ruang

LHK Hadir untuk Sentani, Kawal Perbaikan Tata Ruang
Hasil pengamatan citra satelit dan survei lapangan di Sentani. Foto: Ditjen PDASHL

jpnn.com, SENTANI - Banjir bandang yang menerjang wilayah di Sentani membuka mata banyak kalangan, perlunya tata ruang yang memadai agar meminimalisir pemukiman warga dari potensi bencana alam.

Apalagi, jika salah urus, hutan selalu menjadi tertuduh saat banjir dan longsor datang menerpa. Menurut Saparis Soedarjanto, Direktur Perencanaan dan Evaluasi Pengendalian DAS pada Ditjen PDASHL KLHK, masyarakat sering lupa, konfigurasi bentang alam Indonesia memang menyediakan ruang-ruang tertentu untuk “rumah air”.

Kondisinya subur, banyak air, relatif datar dan sering disebut dengan dataran banjir (flood plain), sehingga menjadi pilihan manusia untuk bermukim dan beraktivitas.

Namun, kondisi dan pemilihan pemukiman yang salah bisa berdampak manusia menjadi korban saat terjadi bencana alam.

"Jika terjadi hujan maka air akan menuju ke situ dengan membawa berbagai material terangkut yang dilewatinya. Semakin banyak hujan, semakin banyak air dan material terangkut menuju tempat tersebut. Jika demikian, sudah menjadi kodrat alam, banjir akan melanda. Hantaman dari material terangkut, berupa batu, batang pohon rubuh yang terbawa banjir akan melipatgandakan daya rusaknya," tutur pria yang akrab disapa Toto itu dalam keterangan persnya.

LHK Hadir untuk Sentani, Kawal Perbaikan Tata Ruang

Saparis Soedarjanto, Direktur Perencanaan dan Evaluasi Pengendalian DAS pada Ditjen PDASHL (kanan). Foto: Natalia/JPNN

 

Karakter mudah longsor dan menimbulkan banjir bandang juga dijumpai di belahan utara Cycloop.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News