Lufita Lu

Oleh Dahlan Iskan

Lufita Lu
Dahlan Iskan.

jpnn.com - Ayahnya meninggal dunia. Keluarga besarnya minta agar Fita pulang. Gadis itu lagi kuliah di luar negeri.

Ibunya beda pendapat. Lufita Noviatful Asna tidak usah pulang. Kuliahnya hampir selesai. Tinggal dua bulan lagi wisuda.

Fita bingung. Tapi ibunya terus meyakinkannya. “Saya takut kalau kamu pulang tidak balik lagi,” ujar sang ibu.

Baca Juga:

Sang ibu berpandangan jauh. Fita adalah sokoguru keluarga. Dialah yang selama ini membiayai adiknya. Sekolah di pondok modern Gontor, Ponorogo. Satu-satunya adik. Laki-laki. Yang sejak SD sudah bercita-cita ke Gontor.

Bahkan Fita pula yang membiayai rumah tangga. Sejak ayahnya meninggal dunia.

Ayahnya, Zainal Arifin, seorang sopir. Yang tidak akan mendapat bayaran kalau tidak kerja. Pun karena sakit.

Baca Juga:

Zainal adalah sopir truk. Mengangkut beras dari penggilingan padi. Milik temannya. Di Kediri. Sedang ibunya menjadi ibu rumah tangga.

Di Kediri itu. Sang ayah meninggal dunia tahun lalu. Bukan karena sakit. Mungkin serangan jantung. Tidak ada yang tahu. Ibunya lagi di Gontor. Menjenguk anaknya.

Shao Xing adalah penghasil dasi, BH, celana dalam terbesar di dunia. Fita akan meninggalkan gajinya yang Rp 10 juta di Kalbar. Bulan depan. Pergi ke Shao Xing.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News