Masyarakat Berpendidikan Tinggi Kurang Simpati kepada Jokowi

Masyarakat Berpendidikan Tinggi Kurang Simpati kepada Jokowi
DIALOG: Presiden Joko Widodo bersama Wajah Yohanes Ande Kala alias Joni si bocah pemberani asal Kabupaten Belu, NTT saat berdialog di Istana Negara, Senin (20/8). Foto: setkab.go.id

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Ujang Komarudin menilai, sah-sah saja pemerintah menyebut melemahnya rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (USD) disebabkan permasalahan global. Termasuk menyalahkan perang dagang antara Tiongkok dan AS.

Cuma permasalahannya, kemungkinan hanya masyarakat awam yang dapat menerima begitu saja alasan yang dikemukakan pemerintah. Terutama masyarakat yang selama ini simpati kepada Presiden Jokowi

"Sementara masyarakat yang berpendidikan tinggi, saya kira akan kurang simpati terhadap Jokowi," ujar Ujang kepada JPNN, Jumat (7/9).

Menurut pengajar di Universitas Al Azhar Indonesia ini, masyarakat berpendidikan tentu tidak bisa menerima begitu saja alasan yang dikemukakan.

Pasalnya, permasalahan global akan selalu mengemuka. Artinya, pemerintah tak bisa hanya sekadar menyampaikan alasan. Tapi harus mampu menyiapkan strategi, untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi.

"Apalagi jawaban pemerintah setiap rupiah melemah, itu selalu karena imbas kondisi ekonomi global," katanya.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review ini lebih lanjut mengatakan, apa pun alasan yang dikemukakan pemerintah, intinya masyarakat ingin melihat hasil.

Karena itu, alasan tanpa wujud nyata kebijakan yang menghasilkan penguatan rupiah, hanya akan mengurangi kredibilitas pemerintah di masyarakat.(gir/jpnn)


Pengamat politik Ujang Komarudin mengkritik cara Presiden Jokowi dan jajarannya menyikapi melemahnya rupiah


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News