Mayor Inf Anang, Pantang Mandi saat Tugas di Tengah Hutan

Mayor Inf Anang, Pantang Mandi saat Tugas di Tengah Hutan
Komandan Batalyon (Danyon) Infanteri 613 Kota Tarakan, Mayor Inf Anang Sofyan Effendy (kiri). Foto: Yedidah Pakondo/Radar Tarakan

jpnn.com - Setiap prajurit TNI harus siap meninggalkan keluarganya demi kepentingan negara. Demi menjaga keutuhan NKRI. Terjun ke medan perang dengan segala konsekuensi merupakan bagian dari tugas pengabdian.

YEDIDAH PAKONDO

Sederhana, ramah dan murah senyum. Gambaran itu lah yang dapat penulis lihat saat pertama kali bertemu dengan Komandan Batalyon (Danyon) Infanteri 613 Kota Tarakan, Mayor Inf Anang Sofyan Effendy.

Di balik itu semua, ternyata dia memiliki cerita suka duka yang tak terlupakan, di setiap tugas yang dijalaninya demi menjaga keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Lelaki kelahiran Magelang, 30 April 1980 ini mengungkapkan cerita awal dia memilih mengabdikan hidupnya sebagai prajurit TNI.

Saat duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP) Anang, sapaan akrabnya, bersama keluarga kembali memutuskan pindah ke Magelang yang sebelumnya menetap di Semarang. Di kota ini lah cita-cita Anang untuk menjadi anggota TNI mulai tumbuh.

Usai menamatkan sekolahnya di tingkat sekolah menengah atas (SMA), pada 1998, Anang memutuskan mendaftar, lalu mengikuti rangkaian tes seleksi Akademi Militer, dan lulus.

Pada 2001 Anang berhasilkan menyelesaikan pendidikannya dan siap untuk mengabdi pada negara.

Tidak terkait hal mistis, Mayor Inf Anang Sofyan Effendy mengaku pantang mandi saat bertugas di tengah hutan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News