Media dan Realitas seperti Salah Sambung

Media dan Realitas seperti Salah Sambung
Media dan Realitas seperti Salah Sambung
Dirut PLN, Dahlan Iskan, yang juga Ketua Serikat Pekerja Pers (SPS) itu merasakan ada yang ganjil dalam pemberitaan pers. Antara media dan realitas seperti tidak nyambung. Yang satu bergerak ke kanan, yang satu bergeser ke kiri.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

jpnn.com - MOBIL- MOBIL mewah kian banyak berseliweran. Mobil baru pun menambah macet jalanan. Sepeda motor beraneka merek berbiak luar biasa. Bandara, di hampir semua kota, dipadati orang. Mirip terminal bus saja. Mal terus bertum buh dan tetap ramai dikunjungi pembeli. Volume perdagangan terus melambung. Pendapatan perkapita pertahun meningkat. Cadangan devisa nasional saat ini terbesar dan posisinya terbaik selama negeri ini berdiri. Kegiatan ekonomi hidup, sektor informal berkembang.

Itu adalah realitas yang bisa dilihat dan dirasakan. Tetapi, kanvas media menggambarkan dengan lukisan yang kontras. ’’Negeri ini seperti sedang kalut, sedang kisruh, bahkan nyaris bangkrut! Padahal, relitasnya bagus? Kenapa bisa begini?’’ tanya Dahlan Iskan dalam Forum Pemred di Novotel Palembang itu. ’’Menurut saya, ini justru bagus sekali! Bagus, karena tidak nyambung antara realitas dan reportase media!’’ lanjut mantan big boss Jawa Pos Group ini. Hah! Bagus? Tidak nyambung kok bagus? Majas sinisme atau sarkasme apa lagi nih? ’’Lho, ini serius,” lanjut dia ”Suasana tidak nyambung itu justru bagus. Ini menunjukkan bahwa ekonomi dan politik semakin terpisah. Ini adalah ciri-ciri negara modern, negara maju, di mana politik dan ekonomi itu tidak lagi nyambung,’’ jelas Dahlan serius. Lalu kalau begini terus, siapa yang dirugikan? ’’Kelak yang paling rugi adalah orang-orang politik.

:TERKAIT Politisi bisa jadi akan dijauhi publik, karena mereka tidak membumi, tidak bisa memberikan gambaran yang apa adanya. Yang paling dirugikan kedua adalah media. Kalau tidak bisa menyambungkan fakta dan informasi ke publik, media pun akan ditinggalkan konsumennya,’’ kata pemilik jaringan media terbesar di Indonesia ini sambil mengingatkan sekitar 100 pemred itu. Karena itu, dia berpesan agar media berhati-hati dalam menyusun materi pemberitaan. Jangan ikut-ikutan politisi yang seolah tidak menginjak bumi. Sebab, hanya kuntilanak yang tidak menginjak bumi. ’’Kecuali kalian mau ikut-ikutan menjadi kuntilanak! Tidak membumi!’’ sindir Dahlan yang pekan lalu sempat ’’disenggol’’ Nazaruddin itu. Dalam kasus Nazaruddin versus Anas Urbaningrum, Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Dahlan juga ikut-ikutan kena limbahnya. Tetapi dia justru bersyukur, karena bisa ’’numpang ngetop’’ melalui gelombang isu yang sedang menghantam partai berlogo bintang tiga sudut itu. ’’Saya justru bangga, memiliki petugas kontrol di lapangan yang tidak mempan disuap.

Coba kalau pegawai PLN di bawah itu mau disogok Rp 100 juta saja! Ribuan ton batubara yang tidak standar itu bercampur dengan jutaan ton batubara yang lain? Siapa yang tahu? Tapi, itu tidak dilakukan, dan saya sudah cek,’’ jelas Dahlan. Karena itu, dia tidak risau sedikit pun oleh isu yang menyambarnya itu. ’’Ini berarti sudah mulai ada perubahan yang mendasar di tingkat bawah. Inilah impact paling kelihatan dari program menuntaskan 7 musuh besar PLN yang sedang saya tuntaskan sampai tahun depan,’’ tegas bapak dua anak yang hobi jalan pagi ini. Pertama, kata dia, mengatasi krisis listrik yang terus digeber dari sejak dilantik sampai sekarang. Kedua, menuntaskan daftar tunggu, yang sampai 65 tahun Indonesia Merdeka pun masih ada yang belum pernah merasakan setrum listrik. Ketiga, membereskan problem kerusakan travo yang setiap tahun puluhan ribu kali dan silih berganti itu. Keempat, menertibkan sistem keuangan. Dari soal incaso, pembayaran setoran, mengatur cash flow, integrasi na sional dari semua wilayah dan modernisasi sistem.

Kelima, mengatasi gangguan kabel penyulang. Seperti di DKI Jakarta saja harus mengganti lebih dari 1.000 kilometer kabel di bawah tanah. Daerah lain juga menghadapi problem sama, dan itu satu per satu harus ketemu solusinya. Keenam, uji kompetensi bagi puluhan ribu karyawan PLN dengan sistem online. ’’Habis Lebaran uji kompetensi ini akan kami lakukan,’’ katanya. Ketujuh, kata dia, memaksimalkan energi dari gas alam. Negeri ini kaya akan gas, tetapi gas itu sudah dijual ke negara lain. Padahal, PLN masih sangat membutuhkan gas tersebut untuk pembangkit listrik. Sebenarnya masih ada satu poin lagi yang cukup besar yang sedang digarap PLN, yakni regenerasi di tubuh PLN, dari tingkat I, tingkat II sampai ke lapisan ketiga. ’’Kalau itu sudah beres semua, maka tugas saya sudah tuntas di PLN,’’ tegas Dahlan yang oleh orang Tiongkok sering dipanggil I Se Kan itu. (don/bersambung)


Dirut PLN, Dahlan Iskan, yang juga Ketua Serikat Pekerja Pers (SPS) itu merasakan ada yang ganjil dalam pemberitaan pers. Antara media dan realitas


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News