Menjadi Anak Didik Ramadhan yang Sukses

Menjadi Anak Didik Ramadhan yang Sukses
Menjadi Anak Didik Ramadhan yang Sukses

jpnn.com - ULAMA menyebut bulan Ramadhan sebagai syahrut at-tarbiyah atau bulan pendidikan. Ramadhan ibarat sebuah sekolah atau universitas yang siap mencetak anak didiknya menjadi pribadi yang pintar, matang, dan sukses. Bedanya dengan lembaga pendidikan lain, peserta didik di lembaga pendidikan bernama Ramadhan ini langsung dibina dan dididik oleh Allah SWT. Bukan dosen dan guru besar biasa seperti yang kita temui di beberapa perguruan tinggi di dalam dan luar negeri. Bisa dibayangkan, jika dzat yang menciptakan alam ini sekaligus Tuhan yang maha mengetahui langsung mendidik kita. Hasilnya sudah pasti sempurna. Tidak ada sedikitpun ruang keraguan pada-Nya. Alumni-alumni Ramadhan sudah pasti menjelma menjadi pribadi yang didambakan karena kualitas dirinya. Kesuksesan yang dia raih tidak hanya berguna untuk dirinya, tapi berguna pula untuk keluarga, lingkungan, masyarakat, bangsa, dan agamanya.

Allah SWT telah menyiapkan kurikulum sempurna melalui serangkaian ibadah yang dipastikan berhasil mendidik kita di sekolah-Nya ini. Dari terbit fajar hingga tenggelamnnya matahari, proses pendidikan itu terus dia berikan tanpa henti. Diawali dengan bangun di sepertiga malam untuk makan sahur, setelah itu tilawah Alquran sambil menunggu datangnya waktu Shubuh. Setelah itu, kita mantap untuk menahan segala bentuk godaan duniawi sepanjang hari. Mulai dari makan, minum, dan hawa nafsu. Bukan perkara yang mudah untuk bisa bertahan sepanjang hari dari godaan ketiga hal itu. Apalagi, bagi kita yang hidup di kota seperti Jakarta ini. Perlu mental dan komitmen yang kuat untuk tetap setiap dengan serangkaian pendidikan yang Allah SWT berikan. Selanjutnya, pada malam hari pun ada serangkaian pendidikan yang harus dijalani. Selain sholah Maghrib dan Isya, amalan-amalan lain seperti taraweh dan tadarus Alquran menjadi rutinitas yang mesti dijalani. Jika semua ibadah itu berhasil kita jalani selama sebulan penuh, maka praktis hasilnya akan mengembirakan. Rasulullah SAW bersabda, "puasa bulan sabar (Ramadhan) dan tiga hari pada setiap bulan dapat menghilangkan kekerasan hati.," Hadits Riwayat Imam Ahmad. Jika kekerasan hati kita sudah dihilangkan, maka sudah pasti kita mudah beradaptasi dengan seluruh ajaran Allah SWT. Sebab, harus diakui kealpaan kita selama ini bersumber dari hati kita yang masih kaku dengan nilai-nilai kebenaran.

Allah SWT dan Rasul-Nya telah menceritakan bagaimana lembaga pendidikan bernama Ramadhan ini telah berhasil menelurkan alumni-alumni hebat. Kehebatan alumni-alumni itu tidak hanya dikenang di zaman dan tempat mereka tinggal, tapi namanya juga harum melampaui tangga-tangga zaman hingga kini. Ada Lukman Al-Hakim yang kisahnya sangat indah diceritakan oleh Allah SWT dalam Alquran. Ada pula Ashabul Kahfi, sekumpulan anak-anak muda yang diselamatkan Allah SWT dari pemimpin yang dzalim karena kuatnya keimanan pada diri mereka. Tak cukup sampai di situ, sahabat-sahabat Rasulullah SAW yang dulunya tidak pernah tersentuh oleh cahaya kebenaran, tiba-tiba menjelma menjadi pribadi-pribadi hebat yang mengharumkan tanah Arab lewat aroma keimanannya. Sebut saja Umar bin Khattab, Hamzah, dan Bilal bin Rabah. Makanya Allah SWT mengingatkan kita dalam firman-Nya tentang kewajiban puasa di bulan Ramadhan, bahwa kewajiban tersebut juga sudah dia buktikan terhadap orang-orang sebelum kita. "Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan bagi kalian berpuasa sebagaimana orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa," QS. Albaqarah 183.

Jika kepada manusia-manusia terdahulu Ramadhan berhasil, kenapa kita yang sudah berapa kali keluar masuk sekolah Ramadhan ini belum juga menjelma menjadi pribadi seperti para orang sholih itu? Padahal, materi yang Allah SWT berikan di Ramadhan ini masih sama dengan yang diberikan kepada ummat-ummat terdahulu. Tidak berkurang sedikitpun. Masih sama dan kurikulumnya masih lengkap. Persoalannya tentu bukan karena Ramadhan kita beda dengan Ramadhan yang dijalani oleh orang-orang sholih itu, tapi cara kita dalam memaknai setiap proses pendidikan di dalam Ramadhan yang mulai berbeda. Berapa banyak yang kita temui di sekeliling kita yang cekcok gara-gara hal sepele padahal dia dalam kondisi berpuasa. Padahal, Rasulullah SAW bersabda, "apabila seorang dari kamu sekalian berpuasa, maka janganlah ia berkata kotor dan berteriak. Bila dicela orang lain atau dimusuhi, maka katakanlah: "Aku ini sungguh sedang puasa." Dalam hadits lain disebutkan: Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang tidak mampu meninggalkan perkataan dusta, dan  melakukan perbuatan dusta, maka Allah SWT tidak membutuhkan lapar dan dahaga mereka," Hadits Riwayat Bukhari dan Abu Dawud.

Hingga saat ini Allah SWT masih mempercayai kita menjadi anak didik Ramadhan. Walau pun kita gagal menjadi alumni idaman di Ramadhan-Ramadhan sebelumnya, tapi Allah SWT tetap percaya bahwa kita akan berhasil di Ramadhan ini sesuai dengan yang Dia harapkan: menjadi hamba-Nya yang bertaqwa. Kepercayaan yang Allah SWT berikan ini adalah amanah yang harus dijaga dan ditunaikan dengan baik. Rasulullah SAW bersabda, "puasa adalah amanah maka hendaklah salah seorang diantara kamu menjaga amanahnya." Jika amanah yang diberikan sesama manusia saja akan dimintai pertanggung jawab, bagaimana saat yang memberikan amanah tersebut adalah dzat yang memiliki kehidupan ini. Sudah pasti pertanggung jawabannya akan ditagih di yaumul akhir. Jika saat ini usia kita 30 atau 40 tahun, maka ada 30 atau 40 amanah yang akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah SWT. Sudah siapkan kita mempertanggungjawabkan semua itu? Sekali lagi, Ramadhan tahun ini masih menyisakan beberapa hari, mari kita manfaatkan dengan semaksimal mungkin.

Jika kita berhasil menjadi alumni Ramadhan yang sukses, maka imbalan dan ganjaran yang Allah SWT berikan sudah menunggu kita. Imbalan dan ganjaran yang sudah Allah SWT berikan pada alumni-alumni Ramadhan sebelumnya. Allah SWT berfirman dalam QS Al-Fajr ayat 27-30: "Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai; lalu masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku." Semoga panggilan mesra Allah SWT itu nantinya ditujukan untuk kita. Aamin. (adv/*)

Oleh : DR. Adhyaksa Dault
(Ketua Kwartir Nasional Pramuka)

ULAMA menyebut bulan Ramadhan sebagai syahrut at-tarbiyah atau bulan pendidikan. Ramadhan ibarat sebuah sekolah atau universitas yang siap mencetak


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News