Munas Alim Ulama dan Konbes NU, Seruan Perkuat Nasionalisme

Munas Alim Ulama dan Konbes NU, Seruan Perkuat Nasionalisme
Munas Alim Ulama dan Konbes NU, Seruan Perkuat Nasionalisme. Tampak Direktur Said Aqil Siroj (SAS) Institute, Imdadun Rahmat (kanan) Foto for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Nahdlatul Ulama (NU) menggelar Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar NU di Masjid Raya Hubbul Wathan, Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Kamis (23/11).

Tema yang diusung adalah “Memperkokoh Nilai Kebangsaan melalui Gerakan Deradikalisasi dan Penguatan Ekonomi Warga”.

Direktur Said Aqil Siroj (SAS) Institute, Imdadun Rahmat mengatakan, nilai semangat nasionalisme yang menjadi tema dalam kegiatan tersebut merupakan suara kedaruratan rasa terhadap nilai-nilai kebangsaan terus menipis.

“Maka sudah tepat NU menyuarakan kedaruratan ini kepada publik agar mereka sadar bahwa masalah ini tidak boleh disikapi secara bisnis as usual apa lagi diabaikan. Seruan dari Munas dan Konbes mesti disambut dengan gerakan nasional penguatan nilai-nilai nasionalisme dan kontra radikalisme serta deradikalisasi,” kata Imdadun dalam keterangan persnya, Kamis (23/11).

Imdadun menjelaskan, kecenderungan menguatnya radikalisme dan intoleransi sudah sampai tahap kedaruratan. Hal itu tergambar dari berbagai peristiwa politik menunjukkan dengan terang benderang sektarianisme yang akut yang berbentuk kekerasan atas nama agama, penyebaran prasangka, kebencian, stereotyping terhadap kelompok lain terlebih kelompok minoritas terus mengemuka.

“Berbagai survei menguatkan bahwa itu semua terjadi karena ideologi dan paham radikalisme telah menjangkiti pikiran sejumlah besar masyarakat,” katanya.

Menurut Imdadun, pemerintah dan civil society harusnya bergandeng tangan membendung dan mengisolasi virus radikalisme yang terus disebarkan oleh berbagai kelompok garis kekerasan. Mereka yang telah terpapar virus itu mesti segera diberi vaksin ajaran moderat, wasatiyah, rahmatan lil alamin.

Di samping itu, isu ketidakadilan khususnya kesenjangan akses dan distribusi ekonomi selalu menjadi habitus kultur perlawanan dan budaya kekerasan.

“Tak cukup kontra atau deradikalisasi tanpa mempersempit ladang semai tumbuhnya. Maka penguatan ekonomi rakyat juga harus menjadi agenda nasional,” katanya.

Direktur SAS Institute, Imdadun Rahmat mengatakan, nilai semangat nasionalisme yang menjadi isu dalam kegiatan tersebut merupakan suara kedaruratan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News