Nama 'Baja' untuk Simpang Susun Semanggi Bisa Memicu Keresahan

Nama 'Baja' untuk Simpang Susun Semanggi Bisa Memicu Keresahan
Simpang Susun Semanggi. Foto: dok jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Ketua DPD KNPI Jakarta Solihin Pure mengkritik keras rencana Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat memberi nama simpang susun Semanggi dengan sebutan "Baja"

Menurut Pure, nama "Baja" sangat politis dan tidak relevan. Malahan dapat memicu keresahan bagi sebagian besar masyarakat di ibu kota Jakarta.

“Apa tidak ada nama lain? Jakarta punya sejarah panjang bukan hanya milik Basuki-Djarot. Simpang Susun Semanggi ini jelas terbuat dari beton, bukan baja," ujar Pure di Jakarta, Minggu (16/7).

Pure menyarankan simpang susun Semanggi diberi nama lain, agar tidak terkesan singkatan nama dari Basuki-Djarot yang familiar pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 lalu.

Nama sebaiknya yang memiliki makna filosofis atau akar historis bagi sejarah panjang kota Jakarta. Misalnya tentang Fatahillah yang mengusir Portugis dari pelabuhan Sunda Kelapa, sekaligus yang pertama kali memberi nama Jayakarta yang berarti kota kemenangan.

“Simpang Susun Badja atau Baja sama saja, terkesan sangat tendensius dan narsis. Misalnya diberi nama Simpang Susun Fatahillah-Semanggi akan lebih bermakna dari sisi historis sehingga mudah diterima masyarakat Jakarta,” pungkas Pure.(gir/jpnn)


Ketua DPD KNPI Jakarta Solihin Pure mengkritik keras rencana Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat memberi nama simpang susun Semanggi dengan sebutan 'Baja'.


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News