Nama Warung pun Dua Bahasa, Indonesia dan Mandarin

Nama Warung pun Dua Bahasa, Indonesia dan Mandarin
Salah satu rumah makan menggunakan dua bahasa yang sering dikunjungi Tenaga Kerja Asing (TKA) di Desa Morosi, Kab. Konawe, Sulawesi Tenggara, Jumat (30/11/2016). Foto: Imam Husein/Jawa Pos

jpnn.com - JPNN.com - Seperti jamur, jumlah TKA ilegal asal Tiongkok terus meningkat. Bahkan, di Desa/Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra) kelompok TKA bekerja layaknya di kampung halaman mereka. Berikut penelusuran Jawa Pos dari Konawe, Sultra.

---
SUASANA jalan Desa/Kecamatan Morosi, Konawe, tampak lengang siang itu, Jumat (30/12). Hanya satu dua kendaraan truk dan mobil operasional proyek yang terlihat hilir mudik di jalan tanah (pengerasan) tersebut.

Mereka keluar masuk kawasan mega industri Morosi. Di situ ada pembangunan pabrik besar pengolahan mineral (smelter) nikel dan PLTU yang dimulai sejak 3 tahun lalu.

Kelengangan itu berubah pukul 15.00 Wita. Satu persatu pekerja semburat dari lokasi proyek.

Baik pekerja lokal maupun TKA. Hanya, bedanya, pekerja pribumi langsung pulang ke rumah masing-masing.

Sementara para TKA menuju deretan kios semi permanen yang berjarak 100 meter dari pintu masuk proyek. Totalnya 16 kios. Mayoritas beratap seng, asbes dan daun sagu kering, serta berdinding papan.

Deretan kios yang lebih mirip pasar templok itu dihuni warga setempat. Barang yang dijual cukup lengkap. Ada perkakas rumah tangga, seperti baskom, ember, gayung, hanger, dan bak air.

Beberapa kios juga menjual pulsa elektrik, pulsa listrik, kartu perdana, sampai aksesoris hand phone. Paling banyak adalah rumah makan.

JPNN.com - Seperti jamur, jumlah TKA ilegal asal Tiongkok terus meningkat. Bahkan, di Desa/Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News