Panglima TNI: Berpakaian Ulama Tapi Memecah Pancasila, Itu Ulama Palsu

Panglima TNI: Berpakaian Ulama Tapi Memecah Pancasila, Itu Ulama Palsu
Gatot Nurmantyo (4 dari kiri). Foto: Radar Tarakan/JPNN

“Ketika lahir Sumpah Pemuda, kita hanya butuh 17 tahun untuk memerdekakan bangsa, dengan dipelopori para ulama dan santri yang berjuang merebut kemerdekaan dengan menggunakan senjata apa adanya,” ujar Gatot.

Setelah Indonesia merdeka, sambung Gatot, para ulama dan santri kembali ke tempatnya masing-masing.

Sebagian ada yang tetap tinggal untuk menjaga keamanan rakyat melalui Badan Keamanan Rakyat (BKR).

“Setelah TNI resmi, maka tidak heran panglima pertamanya adalah seorang ulama, kiai, dan guru agama yakni Jenderal Sudirman. Sehingga kaitan TNI dengan umat Islam tidak bisa terpisahkan,” tutur Gatot.

Menurut Gatot, hadiah terbesar dan termulia yang diberikan umat Islam untuk kemerdekaan Indonesia adalah Pancasila.

Yakni sila pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa.

“Sehingga saya mengingatkan, kalau ada orang berserban mengaku ulama atau kiai tetapi ngomong memecah belah bangsa, itu pasti bukan Islam dari Indonesia. Bisa jadi orang Indonesia yang dididik di luar negeri dengan tujuan untuk merusak Bumi Pertiwi,” kata Gatot.

Dia menambahkan, dalam hadis Bukhori Muslim disebutkan bahwa seorang mukmin tidak mungkin mencaci, berbicara kotor atau mengadu domba.

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengapresiasi jajarannya dan seluruh masyarakat yang sudah memelihara ketertiban serta keamanan di Kalimantan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News