Penjelasan Dokter Ari soal Dua Mitos seputar Daging Kambing

Penjelasan Dokter Ari soal Dua Mitos seputar Daging Kambing
Pedagang menawarkan kambing yang siap dijadikan kurban, di Pasar Pon. Foto: ZAKI JAZAI/RADAR TRENGGALEK/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Bisa dipastikan, di Hari Raya Iduladha ini banyak warga masyarakat menikmati daging kurban, seperti kambing, sapi atau kerbau.

“Jika ingat daging kambing saya ingat beberapa mitos yang sangat diyakini masyarakat kebenarannya,” ujar Ari Fahrial Syam MD,PhD, FACP, staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), dalam keterangan tertulisnya.

Mitos yang beredar di tengah masyarakat antara lain, pertama, makan daging kambing menaikkan tekanan darah.

Dengan mitos ini, masyarakat yang kebetulan diketahui tekanan darahnya rendah atau hipotensi (TD < atau = 90/60) akhirnya meningkatkan makan daging kambing agar tensinya naik.

Tekanan darah rendah bisa disebabkan oleh berbagai hal. Bisa karena perdarahan, kurang minum sampai dehidrasi karena berbagai sebab, kelelahan atau kurang tidur.

Tensi yang rendah, kaka dokter Ari, juga dapat disebabkan karena gangguan pada jantung baik karena kelainan katup atau serangan jantung bahka gagal jantung.

“Tapi pada sebagian masyarakat tanpa melihat kenapa TD-nya rendah langsung menkonsumsi daging kambing secara berlebihan. Kalau tensi turun karena gangguan jantung makan daging kambing justru akan fatal dan memperburuk keadaan,” ujar The Chairman of Indonesian Society of Digestive Endoscopy, itu.

Kedua, mitos torpedo kambing atau testis kambing akan meningkatkan gairah seksual atau sate kambing setengah matang meningkatkan gairah seksual.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News