Percepat Penyembuhan, Remaja Penderita Kanker Butuh Ruang Khusus

Percepat Penyembuhan, Remaja Penderita Kanker Butuh Ruang Khusus
Menkes Nila Moeloek saat meresmikan ruang rawat inap khusus pasien remaja penderita kanker di RS Kanker Dharmais. Foto: Mesya/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Kanker bukan hanya mengincar kalangan dewasa. Anak-anak dan remaja pun jadi incaran. Sayangnya, menurut Ketua Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI) Rahmi Adi Putra Tahir, ruang rawat inap khusus bagi remaja penderita kanker tidak disiapkan di seluruh rumah sakit. Padahal remaja penderita kanker butuh privasi untuk menyembuhkan psikis maupun psikologisnya.

“Dengan memberikan perhatian dan dukungan psikososial kepada pasien kanker remaja diharapkan bisa mengatasi tekanan psikologis pasien, serta mempertahankan kualitas hidupnya. Tentunya kami berharap mereka semakin termotivasi untuk sembuh,” terang Rahmi dalam rangkaian peringatan Hari Kanker Sedunia di RS Kanker Dharmais Jakarta yang dihadiri Menteri Kesehatan Nila Moeloek, Rabu (28/2).

Adanya kebutuhan yang berbeda dari pasien anak rentang usia 0-18 tahun itulah yang membuat YOAI menginisiasi Ruang Rawat Inap khusus usia remaja di atas 11 tahun di RS Kanker Dharmais Jakarta.

Direktur Utama RS Kanker Dharmais H. Abdul Kadir, Ph.D, SpTHT-KL(K), MARS mengatakan, selain memberikan kenyamanan ruang rawat inap remaja juga akan memberikan privasi tersendiri selama mereka menerima pengobatan dari tim media.

“Kami juga terus mengupayakan untuk menciptakan ruang rawat inap dengan fasilitas dan orang-orang yang terlatih khusus dalam memberikan asuhan keperawatan, menyediakan lingkungan terapi dan membantu pemulihan mereka,” tambah Prof Kadir.

Senada itu dokter spesialis anak dr Haridini Intan S Majdi, Sp.A- Onk mengungkapkan, meskipun tidak ada perbedaan dalam tata laksana pengobatan termasuk kemoterapi, pasien usia remaja membutuhkan privasi yang berbeda dengan anak-anak.

“Usia remaja itu lebih komplek kebutuhannya. Tim medis pun sudah bisa langsung berkomunikasi tentang penyakit atau pengobatan yang akan dilakukan tanpa melalui orangtuanya. Mereka pun bahkan bisa searching sendiri informasi soal penyakitnya di internet untuk kemudian dibahas dengan dokter atau orangtuanya,” ujar dr Haridini.

Keberadaan ruang rawat inap remaja ini disambut antusias oleh para survivor kanker anak yang kini aktif berkegiatan di Cancer Buster Community, di bawah naungan YOAI. Nicky (22) yang selama 6 tahun sejak usianya masih 3 tahun harus melalui pengobatan di rumah sakit karena kanker darah, menilai terobosan YOAI ini dapat membantu mood pasien kanker melewati mood setelah kemoterapi atau radiasi.

“Ini keren banget karena kami akan bersosialisasi dengan seumuran. Dulu aku pernah sebangsal dengan remaja usia 16 tahun, pasti dia bete-lah lihat kami yang masih kecil nangis atau ngamuk dan ditenangin sama orang tua. Kalau abis kemo itu kami butuh ketenangan,” kata Nicky yang juga merasakan hal sama ketika usianya 9 tahun harus sekamar dengan balita.

Lain halnya dengan Annisa (20) yang terdiagnosis kanker saat usianya 16 tahun. Meskipun merasakan hal sama dengan Nicky dalam hal kenyamanan berbagi bangsal dengan pasien kanker anak, dia sangat mengapresiasi kesabaran dan kebaikan perawat di ruang rawat kanker anak.

“Mereka juga pada sigap kalau dipanggil. Soalnya aku pernah punya pengalaman buruk dibentak-bentak di IGD. Semoga nanti di ruang khusus remaja juga pada baik susternya,” harap Annisa.

Sementara dua pasien yang sekarang masih dirawat di ruang rawat inap anak RS Kanker Dharmais Imam (16) dan Nani (13) memiliki pandangan yang berbeda soal perbedaan ruang rawat mereka dengan usia anak-anak.

Imam asal Bekasi yang baru empat hari dirawat menginginkan dirinya segera dipindahkan ke ruang khusus remaja. “Kalau di sini saya enggak tega denger suara anak nangis. Kasian kalau melihat anak kecil nangis terus karena sakit. Mau tidur denger suara anak nangis. Saya ngerti mereka kesakitan. Keganggu sih gak terlalu ya, cuma kasian aja,” terang Imam.

Sedangkan Nani, pelajar SMP asal Pandeglang, tak bergeming soal adanya ruang khusus remaja tersebut. Ia lebih memilih sekamar dengan anak-anak kecil dan selalu ditemani oleh ibunya selama dirawat. (esy/jpnn)


Remaja penderita kanker butuh privasi untuk menyembuhkan psikis maupun psikologisnya.


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News