PMKRI Serukan Setop Kekerasan, Bangun Papua Dengan Hati

PMKRI Serukan Setop Kekerasan, Bangun Papua Dengan Hati
Logo PMKRI. Foto: Dok. PMKRI

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Presidium Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Juventus Prima merespons serius peristiwa penembakan kepada para pekerja di Distrik Yigi, Nduga, Provinsi Papua.

Menurut Juventus, potret kekerasan dan kematian seperti itu akan terus terjadi di tanah Papua jika pendekatan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia masih bersifat militeristik.

"Kami menyayangkan adanya kasus pembantaian di Nduga,” tegas Juventus dalam siaran persnya, Kamis (6/12).

Lebih lanjut, dia menuturkan orang Papua bukanlah bangsa terjajah yang setiap saat diintimidasi dengan kekuatan militer. “Kami meminta pemerintah untuk menghentikan seluruh proyek pembangunan yang menggunakan pendekatan militeristik di Papua,” katanya.

Menurut Juventus, warga masyarakat bagian dari Indonesia merdeka. Karena itu, sudah seharusnya menggunakan pendekatan dari hati ke hati, dialog, dan bukan atas nama pemerataan pembangunan lantas segala hal boleh termasuk mencabut nyawa warga sipil.

Juventus melihat pembantaian 31 orang pekerja di Nduga adalah reaksi orang Papua terhadap represivitas yang mereka alami selama ini di tanah mereka sendiri.
“Peristiwa ini seperti fenomena gunung es, pembantaian ini yang tampak ke permukaan, tetapi ada masalah serius yang berada di akar rumput yakni ketidakadilan, kemiskinan, intimidasi, pelangggaran HAM, dan sebagainya,” terangnya.

Ia berharap pemerintah secara tegas dan serius menyelesaikan persoalan di Papua bukan dengan jalan kekerasan, tetapi dengan pendekatan kultural dan dialog.

“Tarik pulang militer dari tanah Papua, dan mulailah dengan dialog yang penuh kasih sehingga tidak ada korban baik di kalangan warga sipil maupun aparat keamanan,” tandasnya.(fri/jpnn)


Potret kekerasan dan kasus pembataian warga sipil akan terus terjadi di tanah Papua jika pendekatan pembangunan masih bersifat militeristik.


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News