Psikolog: Pak Jokowi, Jangan Suruh Anak-anak Belajar Terus

Psikolog: Pak Jokowi, Jangan Suruh Anak-anak Belajar Terus
Presiden Joko Widodo bersalaman dengan warga saat membagikan paket sembako Ramadan di Jakarta, Kamis (22/6). Foto: Setpres RI

jpnn.com, JAKARTA - Pesan Presiden Jokowi pada Hari Anak Nasional, 23 Juli 2017 untuk belajar dan belajar terus dikritisi psikolog forensik Reza Indragiri Amriel.

Menurut dia pesan tersebut terdengar klise? Survei yang dilakukan Indiana University, misalnya, menemukan bahwa dua dari tiga siswa merasa bosan dalam kegiatan belajar mereka.

"Adakah metode lain, bahkan kata lain (selain belajar!), yang bisa kita pakai dan lebih manjur agar anak-anak senang mencari pengetahuan baru? Bukankah selama ini masyarakat risau oleh tingginya beban belajar dan panjangnya jam belajar?," tanya Reza dalam pernyataan resminya, Minggu (23/7).

Beban dan waktu sedemikian berat menurut Reza, telah membuat anak-anak jenuh dan letih.

Itu gilirannya memengaruhi kesiapan belajar dan kesehatan anak.

Kemudian kegiatan belajar yang berat itu, anak mengatasi kebosanan serta keletihan mereka lewat perilaku impulsif, perilaku agresif.
Termasuk merundung, berkelahi, dan serbaneka kenakalan yang Presiden Jokowi larang.

"Nah, ketimbang melulu memberikan wejangan tentang belajar, kita perlu lebih sering kasih nasehat tentang pemenuhan hak-hak anak lainnya. Misalnya, anak perlu lebih banyak bermain kreatif, salat lima waktu, minum susu, menabung agar bisa disedekahkan ke yatim, menanam pohon, memelihara binatang, dan keasyikan-keasyikan lainnya yang membuat dunia anak-anak lebih berwarna," bebernya.

Reza berharap petuah Jokowi agar anak-anak "belajar, belajar, belajar" tidak membuat orang tua kian terobsesi memberi tambahan pelajaran untuk anak-anak.

Pesan Presiden Jokowi pada Hari Anak Nasional, 23 Juli 2017 untuk belajar dan belajar terus dikritisi psikolog forensik Reza Indragiri Amriel.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News