Ramai-Ramai Tinggalkan Gedung Putih karena Trump Pro-Kelompok Rasis

Ramai-Ramai Tinggalkan Gedung Putih karena Trump Pro-Kelompok Rasis
Presiden AS, Donald Trump. Foto: AFP

jpnn.com, WASHINGTON - Jumlah hate group di Amerika Serikat (AS) boleh terus meningkat seiring dengan sikap "toleran" Presiden Donald Trump terhadap mereka. Tapi, perlawanan terhadap segala kebijakan yang memungkinkan mereka berkembang biak juga tak pernah berhenti

Bahkan di Gedung Putih, tempat Trump bertahta, juga muncul perlawanan. Kemarin, Sabtu (19/8), para pekerja seni yang tergabung dalam Komite Seni dan Kemanusiaan Kepresidenan (PCAH) ramai-ramai mengundurkan diri.

Mereka mengecam sikap tutup mata dan telinga Persiden AS Donald Trump atas tragedi di Charlottesville pada 12 Agustus lalu. Insiden itu mengakibatkan anggota kelompok antirasisme Heather Heyer meninggal.

Sebanyak 16 dari 17 anggota PCAH menandatangani surat pengunduran diri. Hanya sutradara George C. Wolfe yang memilih bertahan. Mayoritas anggota komite yang bertugas memberi masukan Gedung Putih untuk urusan budaya itu dipilih pada periode kepemimpinan mantan Presiden Barack Obama.

’’Penolakan dan kecaman terkuat diperlukan setelah dukungan Anda atas kelompok-kelompok kebencian dan teroris yang membunuh dan melukai saudara kami sesama warga Amerika di Charlottesvile.’’ Bunyi penggalan surat pengunduran diri bersama yang dikirimkan ke Gedung Putih.

Para anggota PCAH yang mundur, antara lain, aktor Kal Penn, fotografer Chuck Close, dan penulis Jhumpa Lahiri. Mereka tidak terima Trump menyamakan kelompok supremasi kulit putih, neo-Nazi, dan Ku Klux Klan yang ikut dalam aksi tersebut dengan kelompok antirasisme.

Para seniman itu menyatakan tidak bisa tinggal diam atas sikap Trump tersebut. Sebab, diam saja dan mengabaikan pernyataan penuh kebencian Trump berarti sama saja dengan terlibat.

Beberapa media menyebut surat yang dikirimkan PCAH itu mengandung pesan tersembunyi. Sebab, huruf pertama dalam setiap paragraf di surat tersebut, jika digabungkan, akan membentuk kata resist alias perlawanan.

Jumlah hate group di Amerika Serikat (AS) boleh terus meningkat seiring dengan sikap "toleran" Presiden Donald Trump terhadap mereka. Tapi, perlawanan

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News